Waspada, Cuaca Ekstrem Berlangsung Beberapa Minggu

Waspada, Cuaca Ekstrem Berlangsung Beberapa Minggu

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Kepala Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Warjono, meminta masyarakat di wilayah Kabupaten Sleman tetap waspada akan terjadinya cuaca ekstrem.

Kondisi ini diprediksi berlangsung beberapa minggu ke depan. "Ciri-cirinya pagi dan siang hari panas lalu berubah total menjelang sore hari. Pertumbuhan awan hujan atau cumulonimbus bisa terjadi sewaktu-waktu. Termasuk potensi kemunculan dari sebelah kanan dan kiri lereng Gunung Merapi. Level ekstrem adalah hujan deras disertai angin dan petir, serta potensi terjadinya hujan es," kata Warjono kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).

Menurut dia, potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada masa pancaroba bersifat sementara. Namun demikian efek yang ditimbulkan cukup merusak, salah satunya kemunculan puting beliung.

"Potensi cuaca ekstrem masih terjadi karena ini memasuki musim pancaroba ya. Jadi saat-saat pancaroba justru akan ada potensi cuaca ekstrem yang sifatnya sementara tapi menghancurkan. Misalnya puting beliung. Ini akan muncul di bulan-bulan pancaroba ini ya," ujar Warjono.

Puting beliung diprediksi muncul pada Maret hingga April 2022. Tanda-tanda kemunculannya diawali panas siang hari, kemudian muncul awan tebal menjelang sore.

Awan itu seakan-akan turun dan membentuk semacam kerucut yang akhirnya memicu kemunculan puting beliung.

"Jadi Maret-April ini akan ada potensi kemunculan itu (puting beliung). Siang hari biasanya terasa panas. Kemudian siang menjelang sore mulai terbentuk awan, bisa menyebabkan terjadinya puting beliung. Sifatnya cuma sebentar tapi merusak karena menimbulkan angin kencang yang bisa merobohkan pohon dan baliho-baliho," katanya.

Warjono menambahkan selain puting beliung, fenomena alam seperti hujan es juga diprediksi terjadi saat masa pancaroba. Fenomena ini disebabkan awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap seperti bentuk jamur sering muncul dari awal hingga akhir musim hujan. Awan itulah yang menyebabkan terjadinya hujan es karena aliran udara ke bawah yang cukup tinggi.

"Masih (potensi hujan es). Jadi untuk di Jogja, kita perlu waspada pembentukan awan pada sebelah kanan-kiri Gunung Merapi. Di wilayah Magelang biasanya akan muncul potensi awan yang tiba-tiba muncul dan (bergerak) ke selatan hingga masuk Jogja. Ini akan menyebabkan cuaca sangat ekstrem yaitu angin puting beliung bahkan hujan es," paparnya.

Warjono mengimbau masyarakat waspada terhadap perubahan cuaca yang sangat cepat. Hal ini dinilai dapat meningkatkan kemungkinan masyarakat mengalami dehidrasi. Apalagi saat ini menjalani ibadah puasa.

“Menjelang bulan Ramadan tetap harus waspada terhadap pola cuaca di DIY. Pagi hari hingga siang akan mengalami panas cukup tinggi sehingga akan terasa lebih panas, walaupun siang atau sore ada potensi hujan. Dari perubahan yang cepat ini perlu waspada karena kita cenderung dehidrasi. Ketika hujan pun akan terasa panas,” tandasnya. (*)