Venzha Christ Pamerkan Antena Penangkap Frekuensi Luar Angkasa ke Luar Negeri

Venzha Christ Pamerkan Antena Penangkap Frekuensi Luar Angkasa ke Luar Negeri

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pelopor astronomical art, Venzha Christ, mengirim karya seninya ke Jepang dan Thailand. Dua acara internasional bernama "Yokohama Triennale 2020" di Jepang, dan "Bangkok Art Biennale 2020" di Thailand adalah event berkala berskala internasional yang tetap eksis diselenggarakan meski pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir.

Seniman dari berbagai penjuru dunia yang diundang pun harus mempersiapkan karyanya dengan pertimbangan masa pandemi. Ada yang mengirimkan karyanya dan ada pula yang harus bersabar menunggu kabar diberlakukannya kembali jalur penerbangan internasional.

Hal ini menjadi unik ketika Indonesia atau sebuah negara yang angka populasi terinfeksi dengan jumlah yang terus bertambah ini turut juga menerima dampaknya, yaitu ketidakpastian tentang jalur penerbangan internasional atau beragam pertanyaan apakah diperbolehkan untuk memasuki negara tertentu.

Menurut Venzha, astronomical art sering hanya dipandang sebagai sebuah tambahan estetik saja dari sebuah area keilmuan. Ini adalah sebuah stigma yang keliru bila ditilik dalam ranah seni dan teknologi. Manusia selalu ingin berkembang dan berkehendak untuk membuat peradabannya semakin mudah untuk berlangsungnya perjalanan kehidupan.

Terkait dua pameran internasional tersebut, Venzha Christ dan ISSS juga mendapatkan tantangan bagaimana membawa sebuah karya instalasi interaktif yang berukuran besar untuk bisa dipasang dan diinstal tanpa kehadirannya pada kedua negara tersebut, mengingat karya yang bertema "DIY Radio Astronomy" ini sangat komplek dan terkesan rumit.

"Banyaknya komponen elektronik beserta ratusan kabel yang harus disusun satu persatu. Itu akan menjadi hal yang tidak mudah bagi para teknisi yang belum pernah melihat atau merakitnya," ujarnya.

Venzha yang juga Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) menjelaskan, Konsep dasar karya-karya ini adalah sebagai wahana perbelajaran untuk audiens melihat dan memahami alam semesta melalui gelombang suara dan visualisasi frekuensi yang tertangkap oleh sebuah "DIY Radio Astronomy".

Untuk Yokohama Triennale 2020, dengan artistic director Raqs Media Collective ini, Venzha Christ membuat simulasi penangkap frekuensi dari luar angkasa yang berupa antena dengan tinggi 3,5 meter dan berbentuk trapesium ganda, yang diberi judul "Evolution of The Unknown #07". Antena ini menyaring berbagai frekuensi yang ada di tempat dimana instalasi interaktif ini terpasang.

"Frekuensi yang sudah sampai ke bumi akan diubah sehingga menghasilkan suara yang terdengar telinga manusia. Visualisasi berupa gambar grafik dari modulasi frekuensi tersebut juga bisa disaksikan oleh audiens secara langsung tanpa ada proses rekam. Hampir mirip dengan karya saya di ARTJOG 2016 silam," jelasnya.

Sedangkan untuk Bangkok Art Biennale, dengan artistic director Prof Dr Apinan Poshyananda ini, Venzha Christ membuat tiga konstruksi metal berbentuk globe dan disusun bersama dengan dimensi ukuran 4 meter, yang diberi judul "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission".

"Ranah luar angkasa menjadi salah satu area wajib yang sudah terkoneksi langsung dengan kemajuan teknologi yang kita lakukan saat ini. Kolaborasi dengan berbagai area keilmuan sangat mutlak perlu dilakukan untuk mewujudkan keinginan maju dari spesies bernama manusia ini," paparnya.

Venzha Christ bersama ISSS dan v.u.f.o.c lab mewujudkan kolaborasi konkrit antara seni dan luar angkasa. Sudah lebih dari 60 project kolaborasi yang telah dilakukannya dengan space agency, universitas, observatorium, laboratorium luar angkasa, serta institusi yang bergerak di ranah space science dan space exploration lebih dari 40 negara di dunia.

Beberapa diantaranya adalah project pameran bersama NASA - A Human Adventure (2016), Resident Researcher di IMeRA - Institute for Advance Study (2017), Simulasi hidup di Planet MARS oleh MARS Desert Research Station - MDRS (2018), dan Simulasi pesawat ruang angkasa pada Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering - SHIRASE (2019).

Venzha adalah satu-satunya seniman yang diundang kedua event tersebut secara bersamaan. Kedua karya yang diusung pada kedua event tersebut adalah hasil dari beberapa riset yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, dan merupakan hasil kolaborasi dengan beberapa astronom dan astrophysics dari beberapa negara.

Karya ini adalah hasil riset dari perjalanan panjang Venzha setelah mengikuti Simulasi hidup di MARS, bersama MDRS (Mars Desert Research Station) pada tahun 2018 dan simulasi pesawat ruang angkasa pada SHIRASE (Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering) pada tahun 2019.

Dalam karya ini Venzha, yang juga founder and initiator dari HONF Foundation, mengajak penikmat karyanya untuk membuat pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet MARS bagi rencana ekspansi manusia bumi untuk membuat koloni manusia, serta mengajak audiens untuk membayangkan masa depan MARS melalui perkembangan teknologi terkini yang dipunyai manusia. (*)