Upacara Kemerdekaan, Panggung Kecil Perjuangan Siswa Sanggar Anak Alam
KORANBERNAS.ID, BANTUL--Di bawah terik matahari pagi, lapangan Sanggar Anak Alam Nitiprayan dipenuhi warna merah dan putih. Siswa, fasilitator, dan orang tua berdiri berdampingan, masing-masing mengenakan atribut merah putih.
Namun, di balik khidmatnya upacara peringatan kemerdekaan RI ke-79 ini, tersimpan kisah perjuangan kecil namun bermakna dari Rayyan dan teman-teman sekelasnya.
“Agak deg-degan, grogi. Tapi udah selesai,” ungkap Rayyan, siswa kelas 6 SD Sanggar Anak Alam Nitiprayan yang ditugaskan membaca doa saat ditemui seusai upacara bendera pada Sabtu (17/8/2024).
Meski persiapan disebutnya terasa “ribet” karena jarangnya latihan, Rayyan dan teman sekelas berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
“Kesannya bagus. Pokoknya bagus jadi bisa baca doa,” ujarnya dengan senyum lega.
Rayyan, yang awalnya grogi, kini memandang pengalamannya dengan positif. Ia bahkan memiliki harapan agar sekolahnya ke depan memiliki lebih banyak kegiatan ekstrakurikuler yang beragam.
Sementara Erwin Yanuaris, wali kelas 6, mengungkapkan bahwa proses pemilihan petugas upacara penuh dengan dinamika.
“Di awalnya itu ada beberapa, tapi ternyata setelah ditawarkan kembali, terus ada yang mau, akhirnya yang tadinya belum mau jadi termotivasi untuk mau,” jelasnya.
Lebih dari sekadar seremoni, upacara ini menjadi wadah pembelajaran yang kaya. Para siswa tidak hanya berlatih menjadi petugas upacara, tetapi juga menggali makna kemerdekaan melalui diskusi kelas.
“Mereka tahu bahwa para pejuang itu berusaha sekuat tenaga, bahkan sampai nyawa taruhannya,” tambah Erwin.
Menariknya, proses ini juga mengajarkan fleksibilitas kepada para siswa. Beberapa anak bahkan beralih tugas setelah menyadari kesesuaian mereka dengan peran tertentu.
“Oh, aku nggak cocok di sini, oh aku cocoknya di ini,” kata Erwin menirukan ucapan siswanya.
Di tengah hiruk-pikuk persiapan, dukungan orang tua menjadi pilar penting. Keterlibatan mereka, mulai dari membantu latihan hingga hadir dalam upacara, menunjukkan bahwa penanaman nilai nasionalisme adalah tugas bersama antara sekolah dan keluarga.
Erwin berharap pengalaman ini akan menjadi kenangan berharga bagi para siswa yang sebentar lagi akan lulus SD.
“Mudah-mudahan, harapannya mereka semakin memahami makna dan arti perjuangan,” ucapnya.
Upacara kemerdekaan di SD Sanggar Anak Alam Nitiprayan mungkin tampak seperti upacara biasa. Namun, di balik itu semua, ada cerita tentang anak-anak yang belajar mengatasi kegugupan, memahami sejarah, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Sebuah pelajaran berharga tentang makna perjuangan di era modern, yang tak kalah pentingnya dengan perjuangan kemerdekaan di masa lalu. (*)