Universitas Alma Ata Gelar Dialog Kebangsaan, Undang Gus Mus

Universitas Alma Ata Gelar Dialog Kebangsaan, Undang Gus Mus

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Alma Ata (UAA) akan menggelar Dialog Kebangsaan bertajuk Memilih Pemimpin Yang Bersih dan Tangguh di Tahun 2024? Bisa! di kampus setempat, Senin (18/7/2022). Dialog diselenggarakan dalam rangka menyongsong pesta demokrasi akbar yang akan berlangsung 2024.

"Urgensi atas kebutuhan sosok pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat menjawab berbagai tantangan Indonesia ke depan dan upaya membangun kesadaran publik memilih sekaligus mengawal proses pemilihan umum menjadi landasan tema dari kegiatan tersebut," papar Hamam Hadi, Rektor UAA, di Manhattan Cafe, Jumat (15/7/2022).

Menurut Hamam, diskusi mengundang tokoh-tokoh ternama seperti Dr (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Prof Dr Azyumardi Azra. Mereka menyampaikan pemikiran-pemikiran sebagai upaya berkontribusi pada pendidikan politik bagi masyarakat.

Menurut Hamam, publik harus diberikan pemahaman dan pencerahan mengenai karakter pemimpin yang memang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan rakyat, bukan menggunakan rakyat untuk kepentingan kekuasaan.

Sejumlah pakar memberikan pandangan-pandangan mengenai etika kepemimpinan serta peran politik yang lebih substansif agar Pilpres dan Pilkada 2024 tidak sekadar menjadi ajang perebutan kekuasaan, melainkan sebuah itikad dan upaya bersama demi mewujudkan Indonesia berdaya berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

"Dengan demikian, pelanggengan kekuasaan yang menjadi ciri pemerintahan oligarki pun harus ditentang karena akan mencederai esensi dari Pancasila itu sendiri," jelasnya.

Hamam menambahkan, masa depan Indonesia ditentukan dari kehadiran pemimpin yang mampu menanggulangi permasalahan internal dan eksternal tersebut.

Ditambah lagi, keberagaman Indonesia belakangan terancam oleh kemunculan paham-paham eksklusivisme agama yang berpotensi pada ketegangan maupun tindakan kekerasan.

Menjelang pemilu, isu berbasis agama kerap dimainkan demi menarik simpati massa secara cepat. Namun, cara berpolitik semacam itu sangat berharga mahal karena harus mempertaruhkan integritas bangsa.

"Politik negara kita juga sangat dibebani oleh kepentingan oligarkis yang hanya memperjuangkan keuntungan segelintir elite, sedangkan kemaslahatan khalayak terabaikan. Akibat gaya politik oligarki, pemerataan ekonomi, budaya transparansi, etika profesionalitas, ataupun kedaulatan rakyat secara umum terganggu. Sebuah ancaman bagi prinsip demokrasi," tandasnya. (*)