UAD Bantu Tangani Darurat Sampah di Bantul

UAD Bantu Tangani Darurat Sampah di Bantul

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sampah menjadi permasalahan tiada henti. Setiap daerah di DIY berkontribusi atas berulangnya masalah ini. Kemampuan pemerintah daerah menangani sampah yang baru 100 ton per hari tidak sebanding dengan sampah yang dihasilkan masyarakat di provinsi ini.

Demi mendukung upaya Pemerintah Kabupaten Bantul Bersih Sampah pada 2025 (Bantul Bersama) yang diluncurkan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pada Oktober 2021, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membangun fasilitas serta sarana pengelolaan sampah.

"Gerakan yang diinisiasi bupati ini dapat diwujudkan apabila ada sinergisitas dan kolaborasi dari berbagai stakeholder dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul dan salah satunya dari akademisi yaitu dari Universitas Ahmad Dahlan," kata Rusydi Umar, Wakil Rektor Bidang Akademik UAD, usai penandatanganan kerja sama antara UAD dan Pemkab Bantul di Aula Murtigading Sanden Bantul, Kamis (2/6/2022).

Program ini terealisasi melalui penelitian dan pengabdian dosen seperti yang tertuang dalam catur dharma perguruan tinggi. “Program akan berhasil apabila dilaksanakan secara masif, intensif dan berkelanjutan," kata dia.

Konsep pengelolaan sampah yang dibangun di Desa Murtigading sebagai Desa Mitra UAD adalah pengelolaan sampah berbasis BUMKal, melalui kebijakan operasional sampah yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati Bantul.

Sedangkan sampah nonorganik diharapkan bisa dipilah dari tingkat rumah tangga dengan berbasis bank sampah atau sedekah sampah disesuaikan kearifan lokal RT atau wilayah masing-masing.

Selain itu, dapat pula melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) menjadi barang masuk industri atau didaur ulang.

Rusydi melanjutkan, sampah organik dapat dikelola melalui beberapa hal antara lain ember tumpuk (yang menghasilkan magot untuk pakan ayam, lindi untuk pupuk cair ataupun bekas magot untuk media tanam), tong komposter atau losida yang akan menghasilkan kompos, ataupun ecoenzym yang akan menghasilkasn sabun atau obat kulit serta bahan pembersih.

"Harapannya masyarakat dapat mengelola sampah organik dengan sistem integrated farming. Kolaborasi pemanfaatan akan menghasilkan berbagai manfaat baik untuk perternakan ataupun pertanian dan harapannya bisa meningkatkan perekonomian masyakat," kata dia.

Untuk menanganai darurat sampah, UAD melalui pendanaan internal dan eksternalnya dalam kesempatan ini menempatkan beberapa alat pengolahan sampah senilai Rp 300 juta. Melalui pendanaan internal kampus itu menerjunkan 15 kelompok pengabdian dosen bertema Bantul Bersih Sampah 2025 dengan nilai masing-masing Rp 10-20 juta.

"Semua ini dengan harapan agar dapat membantu percepatan mewujudkan Bantul Bersih Sampah tahun 2025. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dosen dan mahasiswa sudah dimulai dengan pengabdian dosen di Murtigading sejak satu bulan lalu dengan membangun sistem integrated farming pada salah satu Rukun Tetangga," tandasnya.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menambahkan, pembangunan laboratorium ini sejalan dengan misi keempat Pemkab Bantul, yaitu peningkatan kualitas lingkungan hidup, infrastruktur dan pengelolaan risiko bencana.

"Sebagaimana kita ketahui, masalah lingkungan yang saat ini memerlukan perhatian khusus adalah persampahan. Untuk peningkatan kualitas lingkungan ini Pemerintah Kabupaten Bantul menginisiasi program Bantul Bersih Sampah tahun 2025 atau Bantul Bersama," paparnya.

Laboratorium ini akan menguatkan upaya pengelolaan sampah agar tidak menjadi masalah serius yang dapat mengancam kelestarian lingkungan, sebaliknya akan memberikan kemanfaatkan apabila dapat diolah dan dikelola sebaik-baiknya.

Atas nama Pemkab Bantul Halim mengucapkan selamat dan terima kasih kepada segenap sivitas akademika UAD atas segala daya upaya dan karsanya, mengabdikan dirinya untuk bersinergi bersama pemerintah daerah menuntaskan permasalahan yang ada.

"Saya yakin dengan kehadiran perguruan tinggi, utamanya sumbangsih ilmunya dalam mengatasi masalah sampah, maka akan menjadi akselerasi dalam program Bantul Bersama," lanjutnya.

Dengan pendekatan ilmiah maka sampah dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih, bukan hanya meningkatkan nilai ekonomi namun juga dapat memberikan efek domino dari pengolahan sampah, seperti potensi menghasilkan sumber energi alternatif.

"Saya berharap dari kehadiran laboratorium ini akan memperkaya wawasan dan pengetahuan kita mengolah dan mengelola sampah sehingga tidak menjadi sumber kerusakan lingkungan," tambahnya.

Kepada masyarakat Halim mengimbau agar terus membudayakan pemilahan sampah dari lingkungan rumah tangga. Merubah budaya memang sulit, namun dengan semangat untuk masa depan lingkungan yang lebih lestari perlu gebrakan merubah budaya pengelolaan sampah di DIY.

"Apabila dari lingkungan rumah tangga, yang merupakan hulu terbesar penghasil sampah, dapat melakukan pemilahan sampah maka ke arah hilirnya akan lebih mudah untuk dikelola," tandasnya.

Merujuk data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, wilayah Kabupaten Bantul menghasilkan 400 ton sampah per hari. Permasalahan sampah sangat mendesak ditangani.

Sampah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, kalurahan, pengusaha, akademisi, kelompok masyarakat dan individu. (*)