Tips Anak Belajar di Rumah, Beri Rasa Aman dan Cara Belajar Yang Menyenangkan
KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dalam situasi pandemi covid-19 lebih dari setahun terakhir, anak lebih banyak belajar secara daring atau online. Maka peran orang tua sangatlah penting, agar pembelajaran tidak menjadi momok bagi anak.
“Untuk itu ciptakan suasana menyenangkan saat belajar. Hal tersebut merupakan salah satu hak anak. Jadi jangan dibuat tegang atau bahkan menakutkan,”kata kata Yusnita Ike Christanti penggiat perlindungan anak DIY dalam acara Peningkatan Kapasitas Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kalurahan Gilangharjo,Pandak, Bantul di Pendopo Gunungcilik, Rabu (28/4/2021) sore.
Adapun narasumber lain adalah Irma Erviana Rajab M.Psi, psikolog dari Puskesmas Kretek. Acara dihadiri oleh Ketua Satgas PPA Gilangharjo Zainul Zain S.Ag, Lurah Gilangharjo H Pardiyono, Babinsa dan Babinkamtibmas, semua anggota Satgas PPA kalurahan serta anggota Forum Anak.
Hak anak yang lain, lanjut Yusnita, adalah rasa aman. Maka anak harus dipastikan tidak mendapat kekerasan fisik, verbal, psikis ataupun kekerasan seksual selama proses pembelajaran.
“Untuk itu anak harus dihargai dengan keunikannya masing-masing,” kata Yusnita. Karena memang seorang anak memiliki cara belajar dan kemmapuan yang berbeda-beda.
Irma Erviana mengatakan, masih banyak orang yang beranggapan jika pendidikan adalah urusan sekolah. Orang tua sibuk mencari nafkah dan minim waktu berinteraksi dengan anak. Akibatnya muncul jurang pemisah antara anak dengan orang tua. Termasuk adanya kesenjangan teknologi.
“Maka di saat pandemi Covid-19 dan anak-anak belajar dari rumah, semestinya dijadikan sarana untuk mendekatkan diri dengan anak. Karena orang tua berperan banyak untuk mendampingi mereka,”kata Irma.
Namun dirinya mengingatkan, kendati proses belajar dilakukan di rumah haruslah dibuat kesepakatan-kesepakatan. Misalnya jam berapa anak tidur, kapan bangun, kapan belajar dan kegiatan lain. Sehingga sikap kedisiplinan dan taat pada aturan, tetap tertanam dalam diri anak kendati tidak ada pembelajaran tatap muka di sekolah.
- kerjasama antara orang tua dan anak dalam membuat jadwal. Sebab yang berkegiatan bukan hanya orang tua, namun juga anak. Dan jangan lupa ciptakan suasana yang menyenangkan saat belajar tadi,” kata Irma.
Dan perlu diingat, tugas seorang ibu atau orang tua adalah mendampingi, bukan mengerjakan tugas anak. Karena jika yang mengerjakan tugas orang tua, maka yang terjadi kemudian anak akan berpikir tugas sekolah adalah tugas ibunya atau orang tuanya. Bukan tugas atau tanggung jawab dirinya sendiri.
Zainul mengatakan kegiatan digelar dalam rangka meningkatkan kapasitas anggota Satgas PPA dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat. Beberapa waktu sebelumnya, mereka juga telah mendapat pembekalan mengenai cara komunikasi yang efektif, cara berbicara di depan publik, termasuk etika berkomunikasi di media sosial dengan narasumber dari STPMD “APMD”.
“Dengan adanya berbagai kegiatan yang dilaksanakan, maka bekal yang dimiliki anggota Satgas PPA juga bertambah. Karena merekalan yang pertama datang ke lokasi dan bertemu dengan korban atau keluarga, ketika terjadi tindak kekerasan baik kepada anak ataupun perempuan,”katanya.
Diharapkan, dengan pembekalan tadi juga bisa menjadi tambahan ilmu manakala masyarakat menanyakan berbagai hal kaitan penanganan persoalan anak dan perempuan.
“Harapannya dalam menjalankan tugas, Satgas PPA bisa berjalan maksimal,”katanya. (*)