Tantangan Kebijakan Merdeka Belajar

Tantangan Kebijakan Merdeka Belajar

UNTUK menghadapi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, maka Pemerintah melalui Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar. Menurut Nadiem, kemerdekaan berpikir,  harus dimulai dari para guru sebelum mereka mengajar pada anak didiknya. Dalam hal ini guru di tingkat apa pun, harus meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi tantangan zaman saat ini. Tanpa adanya  proses kompetensi dasar dan kurikulum, maka tidak akan pernah ada pembelajaran di Sekolah.

Dalam pecanangan Program Merdeka Belajar, tentu saja ada tantangan-tantangan dan permasalahan yang sangat klasik, yang harus dihadapi:  terutama kesiapan sumber daya. Pelaksanaan program tersebut harus didukung dengan kesiapan sumber daya, baik dari segi infrastruktur, fasilitas, dan tenaga pendidik yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Rendahnya pengalaman dalam implementasi Merdeka Belajar, sangat menentukan kualitas atau kompetensi yang dimiliki guru.

Saat ini masih ada beberapa guru yang mengalami kesulitan untuk menguasai atau menerapkan keterampilan dasar untuk kebutuhan belajar pada era teknologi. Dengan merdeka belajar, guru dituntut mampu membuat presentasi yang menarik dan menyenangkan bagi anak didik. Selain itu, untuk melaksanakan merdeka belajar, guru juga diwajibkan untuk selalu memunculkan ide kreatif dan inovatif dengan melalui berbagai media atau model pembelajaran yang yang menarik bagi siswa.

Kompetensi yang masih minim juga menjadi hambatan bagi guru untuk bisa menjalankan merdeka belajar secara baik dan berkualitas.

Adanya perubahan sistem pembelajaran selalu diiringi dengan munculnya berbagai permasalahan. Sistem pendidikan yang dianggap sudah tidak sesuai, perlu diperbaiki karena hasil evaluasi yang dilakukan selama ini. Guru sebagai ujung tombak dari berbagai perubahan tersebut mau tidak mau harus siap mengambil berbagai upaya dan berani belajar untuk terwujudnya sistem tresebut. Agar tidak hanya beradaptasi, namun juga mampu menyiapkan siswa sebagai generasi bangsa yang mumpuni dalam menghadapi tantangan pada masa depan.

Program merdeka belajar harus memperhatikan sumber daya tersebut, karena akan menjadi sia-sia ketika desain program yang sudah baik dan matang tetapi tidak bisa berjalan sesuai harapan, karena tidak ada dukungan sumber daya yang memadai.

Tantangan berikutnya dari program merdeka belajar adalah apakah program tersebut sudah matang untuk diterapkan. Saat program tersebut akan dilaksanakan, tentu harus ada alasan yang kuat dan perlu dikaji secara mendalam guna menjadikan program tersebut benar-benar matang untuk diterapkan dan bukan hanya sebagai uji coba. Untuk mewujudkan merdeka belajar, perlu adanya sinergitas antar- stakeholder, sehingga program ini dapat berjalan dengan baik bukan sebagai program opsional yang hanya jalan di tempat saja.

Tantangan yang tak kalah penting, keterbatasan referensi untuk menjalankan program tersebut. Penunjang seperti buku teks yang berkualitas dinilai masih kurang untuk menjadikan referensi yang dapat membantu guru dalam memperoleh rujukan terkait bagaimana memfasilitasi pembelajaran berpusat pada siswa dengan efektif.

Kebijakan merdeka belajar sudah dicanangkan sejak awal tahun 2020. Sudah hampir dua tahun kebijakan ini berjalan, kebijakan ini berlaku secara nasional. Dengan adanya pencanangan merdeka belajar, maka mau tidak mau pemerintah pun harus menyiapkan dan menyusun kurikulum yang tepat dan relevan, sehingga daya persaingan di dunia pendidikan semakin pesat.

Dengan menerapkan merdeka belajar, maka pada tahun-tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya hanya di ruang  kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran diharapkan akan lebih menyenangkan dan nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang mempunyai keberanian, mandiri, cerdik, pandai dalam bergaul, beradab, sopan, beraklak baik, berkompetensi. Anak tidak hanya melihat peringkat (ranking) yang menurut dari hasil survei hanya membuat gaduh dan meresahkan orang tua dan anak didik saja, karena setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Hal itu akan membentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta memiliki sifat berbudi luhur baik di dunia kerja maupun pada lingkungan masyarakat sekitar.

Merdeka belajar juga mendukung banyak inovasi dalam dunia pendidikan, terutama kemajuan berbagai lembaga pendidikan sekolah ataupun madrasah, dan perguruan tinggi dengan membentuk  kompetensi guru. Guru penggerak yang merdeka dalam proses belajar mengajar, tahu akan kebutuhan murid-muridnya sesuai dengan lingkungan dan budaya siswa masing-masing.

Dengan Program merdeka belajar diharapkan sumber daya manusia Indonesia nantinya menjadi sumber daya unggul dan mampu bersaing dengan negera-negara lain. Para guru serta dosen juga dapat menjawab tantangan ini untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika masyarakat. Merdeka belajar juga dapat menjadi jawaban atas tuntutan zaman saat ini. Semoga. *

Yudi Heriana Tantri, M.Pd

Guru SD N Puluhan, Sedayu, Bantul.