Siswi SMA Masa Depan Diterima di Belasan Kampus Top Dunia
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Diterima kuliah di luar negeri adalah impian banyak orang. Mimpi itu terasa jauh dan impossible bagi banyak remaja tetapi ternyata dengan kerja keras disertai usaha sistematis pantang menyerah, mimpi itu berhasil diwujudkan oleh dua orang siswi SMA Masa Depan Yogyakarta.
Mereka adalah Fayza Kamalia RR dan Sanchia Gedyazka S. “Alhamdulillah, siswa-siswi SMA Masa Depan mampu meraihnya,” ujar Luqman Fikri Amrullah MSc, Kepala SMA Masa Depan, Jumat (26/5/2023).
Lukman menyampaikan, kampus-kampus yang menerima mereka merupakan kampus-kampus top dunia seperti University of British Columbia Canada, Monash University Australia, University of Toronto Canada, Wageningen University Belanda, University of Exeter United Kingdom (UK). Selain itu, juga ada siswa yang diterima di kampus Jepang dan Taiwan.
Menariknya, capaian ini diraih SMA Masa Depan dengan tetap menerapkan Kurikulum Nasional. Meski memiliki orientasi internasional, sekolah yang berlokasi di Jalan Sambisari Purwomartani Kalasan Sleman ini tetap memiliki projek-projek merakyat untuk masyarakat.
“Harapannya, rasa nasionalisme dan empati terhadap problem masyarakat tumbuh di dada murid-muridnya,” kata Luqman.
Dua pelajar yang diterima di belasan kampus top dunia ini akan berbagi tips memantaskan diri kuliah gratis di mancanegara, dengan latihan mandiri yang tak harus berbiaya tinggi. Siapa saja boleh mengikuti acara yang dijadwalkan digelar Minggu (28/5/2023) pukul 15:30 - 17:00 melalui Zoom.
Apa rahasia SMA Masa Depan mampu mengantarkan siswa-siswinya lolos kampus-kampus top dunia, Luqman yang menyelesaikan studi S2-nya di Taiwan itu menjelaskan pada dasarnya setiap siswa memiliki potensi masing-masing yang luar biasa. Mereka hanya perlu diarahkan, diberi kesempatan, dibina dan didampingi.
“Maka, kami merancang berbagai program terstruktur sejak awal. Kami banyak melakukan outing untuk belajar dari sumbernya, misalnya ke pusat pembangkit listrik, laboratorium kedokteran kampus, museum perjuangan hingga live in (tinggal di desa seperti KKN). Mereka juga kami dorong membuat event-event untuk melatih kemampuan berorganisasi sekaligus melatih kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat, seperti event penyampaian aspirasi penyandang disabilitas ke DPRD DIY, beberapa waktu lalu,” terangnya.
Secara terpisah, Eny Sulistyaningrum PhD selaku pembina SMA Masa Depan menjelaskan, pihaknya senantiasa mengajak mereka meraih prestasi sekaligus peka terhadap kebutuhan masyarakat.
“Itu sebabnya, kami dorong mereka untuk tak hanya ikut lomba-lomba, tapi juga memiliki project nyata di masyarakat. Setiap akhir pekan, kami membimbing mereka menganalisis masalah masyarakat, mencari solusinya, sekaligus merancang cara membuat programnya. Saya sering terkagum-kagum dengan ide-ide brilian mereka. Ternyata empati terhadap masyarakat itu bisa tumbuh di kalangan remaja, asal dibina dengan telaten dan diberi kesempatan-kesempatan,” kata Eny, yang menamatkan S2 di Amerika dan S3 di Inggris itu.
Sependapat, Diana Setiyawati PhD Psikolog pembina siswa yang menamatkan S2 di Malaysia dan S3 di Australia ini mengatakan, dalam memilih kuliah sebaiknya alasannya jangan hanya karena ingin atau suka saja.
Menurut dia, harus ada empat hal yang melatarbelakangi yaitu apa yang disukai, apa yang paling unggul dari dirinya, apa masalah masyarakat yang ingin ia pecahkan di masa depan, dan profesi apa yang ingin ia tekuni.
“Kami tidak melakukan tes minat bakat di sekolah, karena kami percaya, tes ‘sekali duduk’ saja tidak cukup untuk menuntun anak ke masa depan. Kami justru mendampingi mereka mengenal dirinya, menemukan keunggulan dan passion-nya, lalu mendorong mereka untuk memaksimalkan potensinya. Ada pelajaran Psikologi dan pengembangan diri setiap pekan, juga coaching harian oleh guru. Setiap anak memiliki coach masing-masing selama bersekolah di sini,” kata Diana. (*)