Setiap Musim Tanam di Jogonalan Klaten Pasti Ada OPT
KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Organisma Penggerek Tanaman (OPT) selalu ada pada setiap musim tanam (MT) di wilayah Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten. Meski serangannya selalu bisa dikendalikan namun hasil panen yang diperoleh petani tidak bisa maksimal.
"Saya kira setiap musim tanam ada OPT. Tapi Alhamdulillah serangannya bisa dikendalikan," kata Subyakto, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Jogonalan, saat ditemui usai pertemuan rutin KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) se-Kecamatan Jogonalan di Kantor Desa Wonoboyo, Selasa (13/9/2022) siang.
Subyakto menceritakan, luas areal pertanian di wilayah Kecamatan Jogonalan saat ini 1.378 hektar dengan jenis tanaman jagung, padi dan holtikultura yang tersebar di 18 desa. Pada MT 3 ini hama yang cukup banyak yakni burung.
Tanaman padi yang banyak diserang burung umumnya yang berdekatan dengan kawasan perumahan dan pepohonan yang tinggi. Pengendalian terhadap hama burung tersebut biasanya dilakukan petani secara konvensional yakni menutup seluruh tanaman dengan jaring. Selain itu, memasang tali yang diberi plastik dan ditarik hingga menimbulkan bunyi-bunyian.
Subyakto mengapresiasi dan mendukung pertemuan rutin KTNA di wilayahnya. Sebab pertemuan rutin bulanan yang dilaksanakan secara bergiliran di semua desa di Kecamatan Jogonalan itu juga berfungsi sebagai ajang untuk diskusi menyampaikan informasi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi petani.
Ketua Kelompok Tani Rukun Makmur Desa Ngering Kecamatan Jogonalan, Kasiyo, yang hadir pada acara tersebut menyatakan saat ini permasalahan yang sedang dihadapi petani di desanya tidak hanya hama burung, wereng dan tikus, tapi juga pupuk subsidi yang sulit dicari.
Permasalahan itu sudah dilaporkan ke penyuluh pertanian desa diberikan stimulan. "Sudah dilaporkan dan diberi stimulan. Sudah disemprot juga," ujarnya.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tirto Kencono Desa Pakahan, Sukarjo, juga mengakui jika hama wereng menjadi masalah utama yang dihadapi petani di desanya. Karenanya kata dia, forum pertemuan rutin KTNA itu diharapkan bisa memberikan solusi terkait permasalahan yang dihadapi petani. (*)