Setiap Hari Harus ke Pantai agar Dapat Sinyal untuk Belajar Online

Setiap Hari Harus ke Pantai agar Dapat Sinyal untuk Belajar Online

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pukul 07:00 WITA, Mohammad Makruf sudah melakukan perjalanan dari rumahnya menuju pantai di Desa Lakea 1 Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Rutinitas ini setiap hari dia lakukan demi mendapatkan sinyal terbaik yang bisa diterima ponsel pintarnya untuk melakukan kegiatan belajar online.

Cakupan sinyal operator seluler memang nyata belum merata di seluruh Nusantara membuatnya harus lebih awal berangkat ke pantai agak tidak tertinggal jadwal pelajaran.

Penuh semangat Siswa kelas X IPS SMA Muhammadiyah 2 (SMA Muha) Yogyakarta ini melakukan kebiasaan itu demi mengerjakan tugas sekolah untuk hasil terbaik. Beruntung rumah Makruf tidak jauh dari pantai desa yang merupakan spot terbaik menangkap sinyal internet. Desa Lakea 1 tempat tinggalnya tepat menghadap laut lepas, Laut Sulawesi di barat Samudera Pasifik.

"Saya tidak sendiri, ada belasan siswa lain dari berbagai sekolah berbeda setiap hari melakukan hal yang sama," cerita Makruf kepada koranbernas.id saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis, (24/4/2020) petang.

Makruf merupakan satu dari ratusan siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang pulang ke daerah asal sejak awal Maret 2020 karena kebijakan untuk melakukan belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19.

Pantai Desa Lakea 1, tempat Makruf dan rekan desanya berburu sinyal ini bukanlah destinasi wisata yang biasa dikunjungi wisatawan. Namun dalam pekan-pekan terakhir ini menjadi cukup ramai dikunjungi oleh anak seusianya.

Mereka membawa ponsel pintar, buku pelajaran, alat tulis hingga bekal makan siang. Masing-masing mencari tempat dengan tangkapan sinyal terbaik nan teduh untuk mendukung proses belajar online yang dikehendaki pemerintah.

Makruf menambahkan, peran guru dan pembimbing TI sekolahnya di Yogyakarta sangat membantu setiap proses belajar jarak jauh yang ia alami. Dengan demikian proses belajar dari rumah tidak ada kendala berarti. "Asal cuaca bagus sinyal juga menjadi baik," ujarnya.

Makruf menerangkan desanya hanya berjarak ratusan meter dari pantai. Tapi entah mengapa di kampungnya sinyal internet sama sekali tidak terjangkau. "Padahal sinyal GSM (Global System for Mobile communications) cukup bagus untuk digunakan menelepon dan SMS," tambahnya.

Rindu sekolah

Penggemar tenis meja ini tidak memungkiri kerinduannya akan Yogyakarta dan kembali bersekolah seperti biasa, namun kewajiban untuk melakukan belajar dari rumah sesuai kebijakan pemerintah membuatnya harus menyimpan dulu semua keinginan tersebut. "Ya... walau pingin sekolah tapi bersama orang tua dalam kondisi seperti ini lebih nyaman," lanjutnya.

Di akhir wawancara dengan koranbernas.id Mohammad Makruf berpesan untuk teman-teman di seluruh indonesia, mohon tidak keluar rumah dan menghindari keramaian guna meminimalisasi penyebaran wabah Covid-19.

"Lakukan semua pekerjaan dari rumah seperti belajar atau bekerja, ikuti semua aturan pemerintah agar virus ini cepat berakhir dan jangan pernah menyebarkan hoax tentang Covid-19 ini agar tidak menyebabkan kepanikan di Indonesia," lanjutnya.

Selain mengajak rutin berolahraga, Makruf mengimbau menghindari kontak langsung dengan orang lain serta menggunakan masker saat keluar rumah, cuci tangan setiap saat selama 20 detik. "Jangan menyentuh wajah atau jika terpaksa menyentuh wajah gunakanlah hand sanitizer," kata dia.

Ekstra keras

Retno Sumirat selaku Waka Kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta mengakui saat melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring dalam masa pandemi seperti saat ini membutuhkan kerja ekstra keras daripada pengajaran konvensional di kelas.

"Semua belajar, tidak hanya siswa yang di rumah, tapi kita dan para guru yang melakukan kewajiban mengajar secara daring juga banyak belajar. Selain itu dituntut kejelian menyiapkan sistem yang paling efisien yang bisa dilakukan keduanya, dalam hal ini guru dan murid," terangnya saat ditemui di SMA Muha, Selasa (22/4/2020).

Sekolah ini sebenarnya sudah memiliki sistem e-learning mandiri jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Bahkan sebelum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY mengintruksikan sekolah-sekolah di DIY menggunakan Google classroom dan JB class di Jogja Belajar.

Dalam mendukung kelancaran semua kegiatan belajar secara daring, pihak sekolah memberikan bantuan paket data sebesar Rp 100.000. Ini berlaku tidak hanya untuk siswa, namun juga guru.

Kepala SMA Muhammadiyah 2, Slamet Purwo, menyatakan nominal yang diberikan memang sangat mungkin masih kurang. Meski demikian semoga bisa memberikan manfaat bagi semua.

"Belum lama ini pemerintah pusat melalui Dikpora juga melakukan pendataan semua nomor ponsel para siswa, akan ada bantuan paket data untuk mereka," paparnya.

Menurut dia, sekolahnya tetap akan menyelenggarakan Pesantren Ramadan. Namun di tengah pandemi Covid-19 konsepnya pasti berbeda dengan biasanya. Kegiatan tersebut digelar secara daring. Siswa tidak perlu datang ke sekolah mulai 27 April 2020 hingga 2 Mei 2020.

Penyelenggaraan pesantren online ini bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memantau secara langsung kegiatan ibadah siswa seperti puasa, tadarus, salat tarawih yang semuanya dilaksanakan di rumah.

"Dengan menggunakan Google Form setiap hari siswa dan orang tua melaporkan kegiatan ibadah Ramadan. Selain itu kegiatan ibadah juga bisa direkam dan diupload kemudian diseleksi untuk mendapatkan reward," lanjutnya.

SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta terus meningkatkan kualitas peserta didiknya dari tahun ke tahun. Jika pada2019 sebanyak 33 siswa lolos SNMPTN, pada 2020 sebanyak 36 siswa berhasil lolos SNMPTN, dengan demikian mengalami peningkatan 7 persen dari tahun sebelumya.

Dari 36 siswa tersebut, 9 di antaranya diterima di UGM, 1 siswa di UNAIR dan 26 siswa berhasil lolos di UPN. Selain itu, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta masuk peringkat ke-9 tingkat Kota Yogyakarta dan satu-satunya sekolah swasta yang berhasil masuk sepuluh besar.

"Prestasi tersebut merupakan salah satu keberhasilan dari siswa-siswi, orang tua, guru dan segenap civitas SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang patut disyukuri. Hal ini menambah motivasi untuk terus berpacu dalam mengukir prestasi yang gemilang," kata Slamet. (sol)