Satu Siswa Dinyatakan Positif, Bupati Minta Prokes di Rumah Ketat

Satu Siswa Dinyatakan Positif, Bupati Minta Prokes di Rumah Ketat

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Seorang siswa di sebuah SMP di Pakem dinyatakan positif Covid-19. Siswa tersebut dinyatakan positif, usai menjalani tes swab secara acak, yang dilakukan ke sekolah-sekolah yang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Meski menemukan kasus positif di sekolah, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo meminta masyarakat tidak panik dan tetap mendisiplinkan protokol kesehatan.

“Sudah kita tangani dengan melibatkan dinas kesehatan, dinas pendidikan serta pemangku kepentingan yang lain. Intinya orang tua dan siswa tidak perlu panik,” ungkap Kustini, Sabtu (23/10/2021).

Menurut Kustini, sebagai langkah antisipasi, sekolah tempat siswa tersebut mengikuti PTM untuk sementara ditutup. Langkah penutupan diambil agar sekolah tersebut segera distrerilisasi.

“Saat ini sekolah ditutup. Selanjutnya dilakukan strerilisasi dan penelusuran dari kasus itu. Alhamdulilah, info terkini tidak ada teman sekolah yang positif,” terang Kustini.

Dari hasil penelusuran, siswa yang dinyatakan positif Covid-19 diketahui tertular dari orang tuanya saat di rumah. Untuk itu, Kustini mengingatkan pada para orang tua untuk memastikan protokol kesehatan di dalam rumah.

“Percuma juga kalau di sekolah sudah prokes tapi di rumah prokesnya kendor,” tegas Kustini.

Bupati menambahkan, pihaknya memastikan PTM di sekolah lain tetap berjalan seperti biasanya. Namun, Pemkab Sleman juga akan melakukan swab sampling lanjutan untuk memastikan tidak ada penyebaran virus Covid-19 di sekolah-sekolah lainnya.

“Kita akan adakan swab sampling lagi di lima kapanewon. Pemantauan kita lakukan secara masif baik dari lapangan maupun tes swab sampling agar semua aman dan sehat,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama mengingatkan agar satgas mulai tingkat kapanewon hingga level terbawah selalu mewaspadai kemungkinan meningkatnya lagi kasus Covid-19. Kewaspadaan bisa dilakukan dengan tetap memperkuat pelaksanaan protokol kesehatan di masyarakat.

Berdasarkan zonasi epidemiologi tingkat kelurahan, kondisi Sleman memang semakin membaik. Demikian pula indikator-indikator lain. Namun ia mengingatkan, penurunan PPKM menjadi level 2 yang diikuti dengan pelonggaran kegiatan atau aktivitas masyarakat, berpotensi untuk mendorong pula kenaikan kasus apabila masyarakat abai dengan protokol kesehatan.

“Pelonggaran sudah pasti akan diikuti dengan kenaikan mobilitas masyarakat. Baik untuk urusan kerja, sekadar kepentingan berwisata atau bepergian hingga kegiatan belajar mengajar yang sebagian mulai dilakukan secara tatap muka,” katanya.

Kondisi ini, menurut Cahya patut diwaspadai. Mobilitas masyarakat yang meningkat, termasuk pergerakan mahasiswa yang mulai datang ke Jogja, secara teori akan berbanding lurus dengan pergerakan virus.

“Jadi semua harus waspada. Tidak hanya Nataru dan Lebaran, penurunan level PPKM ini harus dipahami sebagai kondisi yang patut diwaspadai. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Jangan lengah. Kuncinya protokol kesehatan yang ketat,” tandasnya.

Pemda sendiri, katanya, juga terus bekerja keras mengantisipasi berbagai kemungkinan terkait penurunan level PPKM. Di antaranya adalah menggenjot vaksinasi dengan sistem jeput bola.

“Percepatan vaksinasi akan kita lakukan dengan sistem jemput bola. Yang melakukan petugas kita dari puskesmas. Nah, upaya kita ini tolong diimbangi warga dengan tetap patuh dengan protokol kesehatan,” pintanya. (*)