Kaliurang dan Kaliadem Resmi Dibuka, Prokes Tidak Boleh Kendor

Kaliurang dan Kaliadem Resmi Dibuka, Prokes Tidak Boleh Kendor

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo meresmikan operasional lokasi wisata di Kaliurang. Pembukaan kembali Kaliurang ditandai dengan peninjauan secara langsung oleh Kustini di tiga lokasi wisata Kaliurang, Sabtu (23/10/2021).

Kustini mengatakan, perkembangan PPKM di Kabupaten Sleman yang saat ini berada di level 2, memungkinkan pembukaan kembali lokasi-lokasi wisata di Sleman.

“Saat ini, lokasi wisata di Kabupaten Sleman dibuka secara bertahap, khususnya lokasi wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dan menjadi sumber PAD,” jelas Kustini.

Ia menuturkan, bahwa saat ini, pembukaan dilakukan di wisata Taman Kaliurang dan Wisata Kaliadem. Kedua lokasi tersebut merupakan wisata yang dikelola oleh Pemkab Sleman. Kustini menyebut dengan resmi dibukanya kembali kedua lokasi wisata ini, secara otomatis retribusi untuk masuk lokasi wisata kembali dijalankan.

Selain wisata di Kaliurang, Kustini menyebut wisata candi di wilayah Kabupaten Sleman juga akan segera menyusul dibuka. Adapun wisata candi tersebut yaitu Candi Banyunibo, Candi Ijo dan Candi Sambisari.

Sementara untuk wisata yang dikelola masyarakat, Kustini menyebut boleh kembali dibuka dengan ketentuan telah memiliki screening pedulilindungi dan menerapkan prokes ketat.

Ketentuan pembukaan wisata tersebut juga tertuang salam Surat Edaran NOMOR : 188 / 05836 tentang Pembukaan Destinasi Wisata di DIY yaitu destinasi wisata yang sudah memiliki sertifikat CHSE, QR Code Pedulilindungi dan menerapkan aplikasi Visitingjogja, diizinkan melakukan pembukaan destinasi dengan kapasitas maksimal 25 persen.

Sementara Destinasi wisata yang belum memiliki sertifikat CHSE, dapat melakukan uji coba operasional terbatas dengan kapasitas maksimal 25 persen dengan menerapkan sistem reservasi dan screening kesehatan standar PeduliLindungi kepada pengelola dan wisatawan/pengunjung melalui aplikasi Visiting Jogja.

Seiring dengan penurunan level PPKM di hampir seluruh daerah, Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza menegaskan pentingnya semua pihak mengingatkan kesadaran untuk terus menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Dila tegas mengatakan, penurunan level PPKM, bukanlah tujuan akhir sehingga kemudian membuat warga terlena dengan prokes.

“Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80% dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73%,” jelas Dilla.

Dila berharap, masyarakat memiliki budaya dan kesadaran bahwa memakai masker sama halnya memakai baju. Jadi masker harus dikenakan terus saat bertemu orang lain.

“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi prokes ketat, kalau perlu lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” kata Dilla.

Hal yang sama diungkapkan Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting. Ia mengatakan, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai, tapi pandemi belum selesai. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada pelonggaran pada prokes.

Di sisi lain, Ginting menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi. Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi, harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan,

“Ini jadi tugas bersama. Ini perjuangan semesta untuk melawan bencana biologis berupa virus. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang harus berjuang bersama,” papar Alexander.

Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T. Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti. (*)