Kangen Aksi Kocak Nagabonar, Ke Bioskop Saja
KORANBERNAS.ID -- Siapa tak kenal Nagabonar dalam film berjudul sama. Film yang booming di tahun 1980-an dan dibintangi aktor gaek Deddy Miswar ini menjadi salah satu film favorit sekaligus terbaik di era tersebut.
Ingin mengulang kesuksesan film bergenre drama komedi tersebut, Dedi Setiadi, salah seorang sutradara nasional pun mencoba membuat remark film dengan judul Nagabonar Reborn. Film ini dapat disaksikan di bioskop-bioskop besar, termasuk di Yogyakarta saat ini.
Dibintangi Dibintangi Gading Martin, film yang kembali mengangkat genre drama komedi ini menceritakan perjuangan Nagabonar yang awalnya menjadi copet hingga menjadi jenderal di masa perjuangan kemerdekaan. Selain sejumlah nama pemain film, Ketua DPR RI, Puan Maharani pun ikut bermain di film ini meski hanya jadi cameo.
“Kita tidak ingin membuat film sejarah yang kaku dan ingin mengembangkan sosok dengan rasa nasionalisme kuat dan sangat menghormati perempuan,” jelas Dedi Setiadi, sutradara film Nagabonar Reborn dalam roadshow film di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Sementara salah seorang pemain, Trimedya Panjaitan mengungkapkan, film ini mengangkat isu nasionalisme. Salah satunya dengan hadirnya Ketua DPR RI, Puan Maharani yang pertama kali berakting dalam film Nagabonar Reborn ini.
“Kehadiran ibu Puan Maharani penting dalam menegaskan isu nasionalisme tadi. Syukurlah, beliau menanggapi dengan kesungguhan sampai menghapal line skenario yang panjang di antara kesibukan yang tinggi,” jelasnya.
Pemain lainnya Delano Daniel mengaku sempat mengalami culture shock ketika tiba di lokasi syuting. Dia merasa kaget dengan orang-orang dengan logat Batak yang bersuara lantang.
"Awalnya saya kaget. Mereka ngomong dengan suara lantang, mari berfoto, sini kau!.Hal-hal ini bikin aku kaget dan bertanya-tanya siapa yang berantem nih?," ungkapnya.
Roby Tremonti yang memainkan karakter Mariam menambahkan, film Nagabonar Reborn pun menyimpan sejuta keseruan yang dialami para pemain film Nagabonar saat syuting. Salah satunya saat mereka belajar tentang karakter peran yang jauh berbeda dari kenyataan diri sendiri.
"Saat saya dan teman-teman mendarat di Medan, kami ketemu sopir Medan. Nah saya ajak ngobrol agar tahu kulturnya seperti apa," imbuhnya.(yve)