Saluran Irigasi Ditutup Petani Terancam Gagal Panen

Saluran Irigasi Ditutup Petani Terancam Gagal Panen

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) mulai 1 Agustus 2021 hingga Maret 2022 melaksanakan revitalisasi saluran air Kedung Putri. Akibat revitalisasi lahan pertanian seluas 4.300 hektar mengalami kekeringan.

Permasalahan ini kemudian diadukan warga ke DPRD Kabupaten Purworejo, yang langsung diterima Ketua DPRD, Dion Agasi Setiabudi, Jumat (13/8/2021).

“Kami datang ke DPRD ini membawa keluhan para petani dari delapn desa/kelurahan di Kecamatan Purworejo, Bayan dan Banyuurip. Petani berharap agar pihak BBWSSO memberi kebijakan mengalirkan air ke sawah-sawah kami yang sedang ditanami padi,” kata Agung Yuli Priatmoko, perwakilan warga.

Menurut dia, karena direvitalisasi (pengerukan), aliran irigasi Kedung Putri ditutup mulai 1 Agustus hingga akhir Desember 2021.

“Padahal usia tanaman padi kami baru 55 hari dan sangat butuh air. Bayangkan berapa potensi kerugian yang akan dialami petani jika per hektar bisa menghasilkan 6,8 ton gabah. Dikalikan 400 total potensi kerugian petani 2.720 ton padi,” lanjut Agung yang juga Kades Kalimiru Kecamatan Bayan itu.

Dia meminta waktu seminggu air harus sudah mengalir, karena jika tidak maka tanaman padi akan mati.

Kepala UPT Pemeliharaan Jalan dan Irigasi Dinas PUPR Kabupaten Purworejo, Edi Nur Widyoko, mengatakan pihaknya hanya operator lapangan.

“Kami menunggu instruksi dari BBWSSO. Kali Kedung Putri mengairi 4.300 hektar sawah dari Sejiwan hingga Pangen. Yang sekarang butuh pengairan adalah Kemantren Purworejo 1 dan 2. Teknisnya nanti menunggu dari BBWSSO,” kata Edi.

Ketua DPRD Kabupaten Purworejo, Dion Agasi Setyabudi,  mengatakan akan segera berkomunikasi dengan BBWSSO agar mengalirkan air Kedung Putri ke sawah para petani.

“Petani kan tidak minta air 24 jam terus menerus. Mereka hanya ingin agar tanaman padi tidak mati, paling tidak seminggu dialiri dua kali. Kami akan berdiskusi dengan pihak balai besar agar mereka tidak saklek menjalankan programnya,” kata Dion.

Jika tanaman padi mati, mereka akan sangat dirugikan. Ketahanan pangan di Kabupaten Purworejo juga terancam. “Revitalisasi sangat bermanfaat bagi masyarakat, tapi ketahanan pangan juga harus diperhatikan. Apalagi pada masa pandemi seperti sekarang ini,” kata Dion. (*)