Ratusan Warga Wanglu Merasakan Manfaat Sumur Bur Baru

Ratusan Warga Wanglu Merasakan Manfaat Sumur Bur Baru
Ketum PB IDI, Dr dr M Adib Khumaidi Sp.OT berbincang dengan Bupati Gunungkidul, H Sunaryanta, saat peresmian sumur bur dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke 116 di Wanglu Umbulrejo Ponjong, Gunungkidul. (sariyati Wijaya/koranbernas.id)

KORANBENAS. ID, GUNUNGKIDUL--Dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-116 diresmikan sumur bur di Padukuhan Wanglu Kalurahan Umbulrejo Kapanewon Ponjong Gunungkidul, Senin (20/5/2024). 

Peresmian ditandai dengan pembukaan kran air oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr dr M Adib Khumaidi, Sp.OT dan Bupati Gunungkidul H Sunaryanta. Pembangunan sumur bur dalam hari bakti dengan tema “Sinergi, Kolaborasi Untuk negeri” ini mendapat dukungan juga dari PT Danone.

Lurah Umbulrejo Wagimin mengatakan, bantuan sumur bor sangatlah bermanfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat.

“Adanya sumur bur ini bisa untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi konsumsi masyarakat di Wanglu,” katanya.

Umbulrejo sendiri ada 10 pedukuhan dengan luas wilayah 15,668 hektar dan total 7.680 penduduk.

“Untuk air bersih capaian 80 persen. Ada satu pedukuhan yang belum terjangkau sarana air bersih yakni Padukuhan Gersen. Kami berharap ada bantuan satu lagi dari IDI di padukuhan tadi,” tambah Lurah Wagimin.

Dokter Adib mengatakan, dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia, setiap tahunnya mereka diisi dengan kegiatan sosial.

“Persis 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional. Dan pada tahun 2008 bertepatan dengan satu abad Harkitnas, kami mengusulkan sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia kepada Presiden SBY dan Alhamdulillah saat itu usulan diterima dan telah diterbitkan SK. Karena memang Kebangkitan Nasional kala itu diprakarsai para dokter,” katanya.

Menurut sejarahnya, Hari Kebangkitan Nasional atau disingkat Harkitnas lahir seiring berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.

Organisasi Boedi Oetomo dibentuk oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yakni sebuah sekolah kedokteran di era Hindia Belanda yang terkanal pada 20 Mei 1908 di Jalan Abdulrahman Saleh No. 26, Jakarta, berdasarkan gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia. Terlebih, kala itu kondisi kehidupan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan sejak diberlakukannya politik etis oleh Belanda.

Tujuan didirikannya organisasi Boedi Oetomo antara lain untuk menyadarkan masyarakat Indonesia, melestarikan budaya dan berupaya meningkatkan taraf hidup lewat pendidikan

“Pada awal hari bakti para dokter programnya adalah dengan pengobatan gratis. Kini setelah BPJS jalan dan mengcover 90 persen masyarakat Indonesia, maka program dialihkan menjadi program sosial. Salah satunya dengan bantuan sarana air bersih,” katanya.

“Ini tempatnya lebih sulit dari tahun lalu dengan program yang sama di Kalimantan Selatan. Jadi tahun ini puncak Hari Bakti di DIY, dan salah satu kegiatannya adalah peresmian sumur bur. Semoga bantuan ini sesuai, mudah-mudahan pula sumber air bersih termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Kami memang diajarkan oleh  guru-guru, para pendahulu kami, bahwa untuk menciptakan masyarakat sehat, yang utama bukan rumah sakit yang dibaguskan atau dokternya yang dipinterkan, namun di situ diawali adanya dengan ketersediaan air bersih. Karena kalau ada air bersih maka hygiene dan sanitasi terjamin,” lanjut Dokter Adib.

Bari Rusmanto Sekretaris Kelompok Pengguna Air “Tirto Wening” mengatakan adanya sumur bur ini  dirasakan benar manfaatnya oleh masyarakat Wanglu.

Setidaknya ada 100 Kepala Keluarga (KK) dengan lebih dari 400 jiwa  bisa mengases air bersih dari sumur bur bantuan tersebut.

“Sebelumnya kami kalau butuh air bersih itu mencari ke sumber air atau belik. Jika musim kering kami beli dengan harga setiap tangki ukuran 5000 liter itu Rp 250 ribu. Jadi bantuan sumur bur yang dibangun dan sudah kami gunakan sebelum Ramadan ini sangat besar manfaatnya,” katanya.

Dan untuk kebutuhan perawatan mesin dan operasional setiap KK pengguna air rumahnya dipasangi alat ukur. Setiap kubik air (1.000 liter-red) mereka dikenakan biaya Rp 2.500 untuk pembelian pulsa listrik dan simpanan atau tabungan kelompok.

“Tabungan kelompok manakala ada kerusakan mesin akan kita pakai untuk memperbaiki atau mengganti. Karena sumur bur ini memiliki kedalaman 100 meter memang diperlukan mesin yang lumayan mahal pada harga kisaran Rp 3 juta,” katanya.

Selain bantuan ketersediaan sarana air bersih untuk konsumsi warga, Bari sangat berharap bahwa di kampungnya tersebut bisa ada sumber mata air untuk kebutuhan pertanian dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. (*)