Ratusan Seniman Jogja Pamer Karya Memperingati Undang-Undang Keistimewaan DIY

Keunikan pameran ini terletak pada kolaborasi antara seniman baik senior maupun pemula. Semua berjibaku untuk peringatan Undang-Undang Keistimewaan DIY.

Ratusan Seniman Jogja Pamer Karya Memperingati Undang-Undang Keistimewaan DIY
Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono dan Pematung Yusman didampingi seniman-seniman membuka pameran di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Peringatan atas terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau UUK DIY menjadi momentum bagi para seniman Yogyakarta untuk menunjukkan eksistensi dan peran mereka melestarikan budaya sekaligus mendorong ekonomi kreatif. Hal ini terungkap dalam pameran seni rupa bertajuk Marwah Keistimewaan untuk Nusantara yang digelar di Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

"Saya sangat terharu melihat bagaimana para seniman secara mandiri mengkonsolidasi diri mereka tanpa harus dipanggil. Dukungan nyata ini merupakan wujud kepedulian yang luar biasa terhadap dunia seni di Yogyakarta," ujar Beny Suharsono, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY saat ditemui usai pembukaan pameran, Senin (12/8/2024), di Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

Pameran yang berlangsung hingga 30 Agustus 2024 ini tidak hanya menampilkan karya seniman lokal tetapi juga melibatkan seniman dari berbagai daerah seperti Kalimantan, Jawa Tengah, Jakarta dan Sulawesi.

Beny Suharsono menekankan pentingnya mengintegrasikan kesenian ke dalam sektor ekonomi kreatif. "Kesenian bukan hanya soal estetika, tapi juga bagaimana kita bisa menjadikannya sebagai salah satu sektor yang mendukung perekonomian. Ini adalah salah satu cita-cita kita yang harus terus diingat dan diwujudkan," tegasnya.

Event terstruktur

Untuk mewujudkan hal tersebut, Beny mengusulkan pembuatan kalender event seni yang terstruktur. Langkah ini diharapkan dapat membantu keberlangsungan kegiatan seni dengan tema-tema yang lebih beragam dan menarik, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif khususnya di Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

Keunikan pameran ini terletak pada kolaborasi antara seniman baik senior maupun pemula. Semua berjibaku untuk peringatan Undang-Undang Keistimewaan DIY. Namun, di balik kesuksesan pameran ini, terdapat kekhawatiran mengenai pelestarian budaya di era digital.

Yusman menyoroti tantangan dalam menarik minat generasi milenial terhadap sejarah dan budaya lokal. Anak-anak milenial sekarang, lanjut Yusman, jika tidak menampilkan sejarah dalam bentuk yang menarik seperti tiga dimensi atau dua dimensi, mereka hanya akan mengandalkan informasi dari internet seperti Google tanpa pemahaman yang mendalam.

Menanggapi tantangan ini, pameran dirancang dengan konsep interaktif, melibatkan pengunjung, terutama anak-anak, dalam proses kreatif.

"Kami membuat sketsa, melukis bersama, dan menciptakan karya yang mengajak anak-anak untuk terlibat langsung, seperti yang saya alami saat kecil. Ini adalah salah satu cara untuk menjaga kreativitas dan menghormati nilai-nilai tradisional," tambah Yusman.

Ajang refleksi

Pameran ini juga menjadi ajang refleksi terhadap perjuangan kemerdekaan dan peran penting Kasultanan Yogyakarta dalam sejarah Indonesia.

"Kemerdekaan kita bukan hanya diraih begitu saja, seperti yang terjadi di Malaysia atau Filipina. Kemerdekaan kita diperoleh melalui perjuangan yang berat, mengusir penjajah dari tanah air kita. Oleh karena itu, kita harus menghargai perjuangan para sesepuh dan pejuang bangsa," kata Yusman.

Pameran seni rupa ini menjadi bukti nyata bahwa seniman Yogyakarta tidak hanya mampu menghasilkan karya seni yang memukau, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga warisan budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif.

Namun, tantangan era digital tetap menjadi perhatian utama, menuntut inovasi dan kreativitas dalam menyajikan seni dan budaya kepada generasi muda.

Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah dan semangat para seniman, Yogyakarta optimis dapat mempertahankan posisinya sebagai kota budaya sekaligus mengembangkan potensi ekonomi kreatifnya di masa depan. (adv)