Ratusan Santri Terjuan ke Sungai Belik

Ratusan Santri Terjuan ke Sungai Belik
Alat berat juga diturunkan untuk mengeruk Sungai Belik. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Sebagai rangkaian Hari Santri 2023 yang jatuh tanggal 22 Oktober, ratusan santri dari berbagai pondok pesantren ditambah pelajar dan OPD terkait, serta organisasi masyarakat pecinta Sungai, melakukan Program Kali Bersih (Prokasih) di Sungai Belik Kalurahan Wonokromo Pleret Bantul, Selasa (24/10/2023).

Dengan tema “Jihad Santri Jayakan Negeri” ini nampak hadir Bupati, H Abdul Halim Muslih, jajaran Forkompinkap Pleret dan unsur TNI/Polri.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Ari Budi Sulistyo, M.Sc dalam laporannya mengatakan, kegiatan prokasih telah dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1989. Tujuannya adalah memberi edukasi kepada masyarakat agar sungai bersih dari limbah dan sampah lainnya. Sehingga kualitas air juga terjaga, air baku aman dikonsumsi dan menghindari bencana.

“Dalam rangka Hari Santri ini, juga dilaksanakan pembagian bibit tanaman kepada beberapa pondok pesantren. Untuk selanjutnya bisa ditanam di lingkungan masing-masing. Kami berharap kegiatan ini mampu membangun kesadaran merawat sungai dan penyelamatan lingkungan untuk kehidupan berkelanjutan,”kata Ari.

Untuk tingkat pencemaran air sungai di Bantul, lanjut Ari, berdasar indeks kualitas lingkungan hidup 2023 adalah level sedang. Maka perlu kesadaran bersama untuk merawat sungai tersebut.

Para santri antusias mengikuti kegiatan di lapangan dengan membersihkan sungai di Bantul. (sariyati/koranbernas.id)

“Semua harus terlibat mulai dari masyarakat, dunia usaha, pondok pesantren dan pihak-pihak lainnya,” tandas Ari. 

Selain di Sungai Belik, kegiatan prokasih juga akan dilaksanakan di Sungai Bedog Kalurahan Sendangsari Pajangan tanggal 26 Oktober mendatang.

Bupati H Abdul Halim Muslih dalam sambutannya mengatakan, bahwa dalam sejarah 22 Oktober 1945, Kyai Haji Hasyim Asy'ari mengeluarkan resolusi jihad. Semangat ini yang kemudian menjadi latar belakang perlawanan Bung Tomo dan pasukanya kepada penjajah di Surabaya pada 10 November yang kemudian menjadi Hari Pahlawan.

“Adanya resolusi Jihad tadi, menunjukkan seorang santri bukan hanya mengaji, mempelajari Alquran dan beribadah, tetapi juga peduli terhadap lingkungannya. Karenanya kata jihad untuk saat ini janganlah dimaknai hanya pertempuran fisik semata seperti santri di masa kemerdekaan, tetapi jihad hari ini adalah bagaimana para santri bisa berkontribusi memberikan pemanfaatan untuk menjadi solusi memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari,” kata Bupati.

Dalam konteks lingkungan hidup dimana yang menjadi pemikiran adalah terjadinya penurunan kualitas dan menjadi problem dunia maka santri berperan di sana.

“Penyebabnya banyak diantaranya adalah industrialisasi oleh negara di dunia dan ada juga akibat perang yang terjadi di mana-mana sehingga menurunkan kualitas lingkungan hidup di dunia termasuk di Indonesia.  Oleh karenanya menghadapi masalah-masalah ini para santri harus mewarisi semangat santri dahulu yang turut serta terlibat secara aktif di dalam mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa dan negara. Termasuk masalah lingkungan hidup kita yang semakin memburuk dan ini membahayakan kita dan generasi kita di masa mendatang,” tandasnya. (*)