Ratusan Perguruan Tinggi Swasta Bersatu Susun Strategi Revolusi

Motto kita adalah Sedulur 5 artinya kita semua PTS, 100 PTS di wilayah 5 ini adalah bersaudara, kita ingin maju bersama.

Ratusan Perguruan Tinggi Swasta Bersatu Susun Strategi Revolusi
Kepala LLDIKTI Wilayah V Setyabudi Indartono. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebuah langkah revolusioner dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia dimulai. Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V menginisiasi gerakan masif yang melibatkan 100 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam acara Kick Off Strategi Leapfrogging, Sabtu (10/8/2024).

Strategi revolusi ini disusun untuk melakukan lompatan besar peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi melalui pendekatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia yaitu pemanfaatan sumber daya bersama (joint resources) antar PTS.

Kepala LLDIKTI Wilayah V Dr Setyabudi Indartono Ph D menekankan pentingnya kebersamaan. "Agenda hari ini adalah untuk mengimplementasikan semangat kebersamaan yang kita miliki. Motto kita adalah Sedulur 5 artinya kita semua PTS, 100 PTS di wilayah 5 ini, adalah bersaudara, kita ingin maju bersama," ujarnya Sabtu (10/8/2024).

"Dari 100 PTS kita, hanya 7 yang unggul. Dari 740 program studi, hanya 131 yang unggul. Artinya, PR kita masih banyak dan harus kita benahi bersama," katanya menjelaskan latar belakang strategi leapfrogging itu.

Potensi besar

Setyabudi menyoroti potensi besar yang dimiliki. Menurutnya hampir 8.799 dosen di wilayah 5. Dari jumlah tersebut, 209 adalah guru besar, 790 lektor kepala dan lebih dari 1.900 adalah doktor. "Belum lagi aset yang dimiliki oleh seluruh PTS kita yang bisa sangat menguntungkan jika digunakan bersama-sama," kata dia.

Setyabudi juga menyoroti tantangan yang dihadapi PTS termasuk penurunan jumlah mahasiswa baru. Berdasarkan survei Aptisi, dari 43 PTS yang merespons, 35 persen mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

"Kondisi ini juga dirasakan oleh teman-teman PTS. Pimpinan PTS bahkan mengusulkan agar ada pembatasan waktu penerimaan mahasiswa baru di PTN, dan kalau bisa jumlah mahasiswa baru di PTN juga dibatasi," tambahnya.

Peluang itu masih ada mengingat Angka Partisipasi Kasar (APK) di Jogja baru sekitar 46 persen. "Masih ada sekitar 54 persen yang tidak terserap. Ini sebenarnya peluang bagi kita semua, hanya saja masalahnya bisa jadi mereka tertarik untuk tidak melanjutkan kuliah karena ingin langsung bekerja atau karena keterbatasan ekonomi," jelasnya.

Berdaya saing

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dirjen Dikti Ristek) Prof Dr rer nat Abdul Haris MSc yang hadir sebagai Keynote Speaker menegaskan urgensi dari inisiatif ini.

"Di era persaingan global, kita tidak bisa lagi bekerja sendiri-sendiri. Strategi Leapfrogging adalah jawaban untuk menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang lebih inklusif dan berdaya saing tinggi," jelasnya.

Implementasi strategi akan dimulai dengan serangkaian delapan kegiatan jangka pendek hingga Oktober 2024. Dimulai dari workshop identifikasi kebutuhan, pengembangan sistem Jogjaversitas hingga penandatanganan MoU antar 100 PTS.

Dengan dimulainya inisiatif tersebut, Yogyakarta berpotensi tidak hanya mempertahankan statusnya sebagai Kota Pelajar tapi juga menjadi pioner dalam revolusi pendidikan tinggi di era digital. (*)