Putih, Air Sungai Berbau Limbah Industri

Putih, Air Sungai Berbau Limbah Industri
Sungai di Dukuh Kirkawi Klaten yang tercemar limbah cair industri tahu. (masal gurusinga/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KLATEN – Air sungai yang berada di Dukuh Kirkawi Desa Bono Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, seperti berbau limbah. Memang, desa itu dikenal sebagai sentra industri tahu. Banyak warga menjalankan usaha produksi tahu untuk dijual dan kebutuhan sehari-hari.

Karena banyak warganya yang menggeluti usaha produksi tahu maka daerah ini pernah mendapatkan bantuan pengolahan limbah dari pemerintah.

Sayangnya, instalasi pengolahan limbah tahu kurang berfungsi maksimal karena limbah cair mengalir juga ke sungai dan saluran di pinggir jalan. Akibatnya, timbul bau yang dikeluhkan warga sekitar.

Bau inilah yang memicu reaksi sejumlah warga yang merasa terganggu. Baik warga yang rumahnya di dekat sungai maupun saluran dan juga pengguna jalan yang sehari-hari melintas kawasan itu.

Sekedar informasi, Dukuh Kirkawi Desa Bono merupakan daerah perbatasan antara wilayah Desa Bono dengan Desa Kemiri yang sama-sama berada di Kecamatan Tulung. Setiap hari banyak warga yang melintas wilayah itu mencium bau limbah cair tahu dari sungai dan saluran di pinggir jalan.

"Kalau mau berangkat maupun pulang kerja, saya selalu lewat jalan ini. Tapi bau sekali. Baunya dari sungai dan saluran dipinggir jalan," kata warga itu.

Bau dari sungai dan saluran di pinggir jalan itu berasal dari air yang bercampur limbah industri tahu dari Dukuh Kirkawi. Agar tidak menggangu kenyamanan warga, dia berharap limbah tahu tersebut benar-benar bisa ditangani maksimal.

Saluran air berwarna putih terkontaminasi limbah. (masal gurusinga/koranbernas.id)

Sudah berkurang

Senada dikemukakan Agus, yang tinggal di Desa Kemiri. Dirinya yang bekerja di salah satu pabrik di wilayah Ceper Klaten setiap hari melewati Dukuh Kirkawi.

Dia mengakui bau limbah saat ini sudah jauh berkurang bila dibandingkan beberapa waktu lalu. "Memang baunya masih, tapi tidak seperti dulu. Dulu baunya lebih dari sekarang ini," ujarnya.

Kepala Desa Bono, Bakdiyono, saat dihubungi melalui pesan WhatsApp menyatakan benar bau yang dirasakan warga berasal dari limbah cair industri tahu yang bercampur air sungai.

"Memang benar itu limbah cair industri tahu. Itu saja sudah diolah di IPAL barat TPS3R. Jadi sudah banyak berkurang baunya. Kalau masih keluar dari pabrik dan tidak masuk ke IPAL dan menggenang baunya lebih terasa,"  katanya.

Bakdiyono menjelaskan, pihaknya sudah mengupayakan semua limbah masuk instalasi pengolah air limbah. Sebenarnya, kata dia, air limbah itu masuk ke sawah justru menyuburkan tanaman. Hanya saja ada sebagian air bercampur limbah yang menggenang.

Pengamatan di lapangan, bau yang dikeluhkan warga bersumber dari limbah cair yang berasal dari industri tahu. Limbah tersebut masuk ke sungai yang ada di pinggir jalan dan di depan rumah warga. Limbah yang sudah bercampur dengan air membuat air sungai berwarna putih. (*)