Produksi Cabai Aman Sampai Idul Fitri

Produksi Cabai Aman Sampai Idul Fitri

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono, mengatakan produksi cabai cenderung stabil sebagai dampak dari penerapan pola tanam.

“Cabai di Kabupaten Sleman relatif aman sepanjang tahun, rata-rata per bulan ada lahan cabai 300 hektar. Adanya pasar lelang dan titik kumpul dirasa sangat bermanfaat bagi petani cabai,” kata Suparmono, Rabu (1/3/2023).

Merujuk data Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, perkiraan produksi cabai rawit pada bulan puasa sampai Idul Fitri sebesar 350 ton.

Sedangkan cabai besar termasuk cabai keriting mencapai 542 ton, sudah melebihi konsumsi Sleman. Prediksi ini berdasarkan luas tanam pada bulan November-Desember 2022.

Selain itu, keberadaan pasar lelang dan titik kumpul cabai berperan penting bagi petani dalam meningkatkan posisi tawar.

“Di titik kumpul ini, ada sekitar lebih dari 1 ton cabai per hari, jika diambil rata-ratanya. Perkiraan saya, bulan puasa dan mendekati Idul Fitri, bisa lebih dari 2 ton per hari. Itu baru satu titik kumpul, belum termasuk titik kumpul yang lain,” jelas Suparmono.

Menurut dia, titik kumpul ini adalah tempat singgah sementara untuk cabai sebelum dikirim ke pembeli yang sudah memenangkan lelang. Cabai hasil lelang rata-rata dikirim ke beberapa pasar induk di Jakarta.

“Titik kumpul ini menaungi hasil panen dari 3.000 petani lebih, dengan rata-rata lahan 500-1.000 m2,” tambahnya.

Dalam rangka mendukung ketersediaan produksi cabai, tahun 2023 ini Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman melaksanakan 30 kali Sekolah Lapang Budi Daya Cabai, setiap pelaksanaan dikembangkan 1,25 hektar lahan cabai.

“Tujuan dari pelaksanaan sekolah lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani sejak dari proses produksi hingga pemasaran hasil,” kata Suparmono.

Cara penanggulangan hama dan penyakit tanaman menjadi bagian materi yang sangat penting pada Sekolah Lapang. Menurut Suparmono, pengendalian hama dan penyakit ini akan lebih efektif dan efisien apabila dilaksanakan sedini mungkin di antaranya dimulai dengan pengolahan tanah yang baik dan benar.

“Sumber serangan hama dan penyakit pada tanaman cenderung ditimbulkan dari dalam tanah, sehingga penyiapan lahan yang tepat diharapkan mampu meminimalisir serangan organisme pengganggu tanaman,” ungkapnya.

Beberapa langkah pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai di antaranya menjaga kebersihan lahan, melakukan pengamatan perkembangan hama dan penyakit secara rutin di lahan pertanaman.

Kemudian, melakukan tindakan sesegera mungkin apabila tanaman teridentifikasi terserang hama dan penyakit, menggunakan pestisida tepat waktu, sasaran, cara dan dosis (mengutamakan pestisida nabati yang ramah lingkungan), penggunaan likat kuning dan antraktan lalat buah serta melakukan pengamatan dan pengulangan penyemprotan apabila terjadi serangan dengan intensitas sedang dan berat.

“Dengan kegiatan ini diharapkan produksi cabai di Kabupaten Sleman lebih meningkat sehingga mampu memberikan kontribusi lebih dalam rangka penyediaan kebutuhan cabai nasional,” jelas Suparmono.

Kabupaten Sleman sebagai salah satu sentra produksi cabai nasional pada tahun 2022 berhasil memproduksi 11.406,6 ton atau naik sebesar 14,947 persen dari produksi cabai tahun 2021 yang mencapai 9.923,3 ton.

Produksi cabai tersebar di 17 kapanewon dengan daerah sentra produksinya berada di Kapanewon Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Turi, Sleman dan Tempel.

Jenis cabai yang berkembang di Kabupaten Sleman adalah cabai rawit dan cabai keriting. Berdasarkan data produksi tahun 2022 tersebut, komposisi cabai rawit mencapai 6.509,3 ton (57,07 persen) dan cabai keriting sebesar 4.897,3 ton (42,93 persen). (*)