Produk Fashion Jangan Menjadi Perusak Lingkungan

Produk Fashion Jangan Menjadi Perusak Lingkungan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Ragam gaya, tren fashion yang beragam tentu menarik bagi fashionista. Warna, bahan dan model yang kian menarik membuat industri ini menjadi pasar yang besar di berbagai belahan dunia. Namun dalam pusaran industri dunia fashion ini meninggalkan jejak perusakan lingkungan yang besar pula bagi bumi.

Mode, Apparel, wardrobe, busana, pakaian atau apapun istilahnya ternyata merupakan penghasil sampah terbesar kedua yang berkontribusi dalam merusak lingkungan.

Merek fashion anak-anak asal Inggris FIVE OF US pernah membuat halaman yang memvisualisasikan banyaknya limbah yang disumbangkan industri mode global dalam periode 12 bulan. Menurut analisis, setiap 16 detik, pakaian yang dibuang ke tempat pembuangan sampah setara dengan ketinggian Menara Eiffel (324m), atau setinggi gedung tertinggi di dunia Burj Khalifa (830m) untuk setiap 42 detik.

Sementara itu, dalam enam jam, tumpukan itu akan mencapai stasiun luar angkasa internasional (408.000 m di atas bumi). Demikian pula, dalam hampir delapan bulan (228 hari) tumpukan itu bisa mencapai bulan, lebih dari 384 juta meter dari bumi.

Pertumbuhan besar-besaran merek-merek fast fashion hanya memperburuk masalah. Karena produksi pakaian meningkat lebih dari dua kali lipat selama 20 tahun terakhir dari 100 menjadi 200 miliar unit per tahun.

Fakta ini membuat Asosiasi Eco-Print Indonesia (AEPI) tergerak untuk menggaungkan slow fashion, yaitu fesyen berkelanjutan dengan konsep stylish, eco-friendly, dan fair. Produk fashion harus secara berkesinambungan ramah terhadap lingkungan, sejak proses pembuatan, bahan yang digunakan dan hasil jadi. AEPI juga menggugah kesadaran fahionista bahwa mode yang mereka gunakan tidak boleh berkontribusi dalam perusakan bumi.

“Kami tidak hanya menampilkan produk yang bagus, tapi ada edukasi bahwa slow fashion yang kami gerakkan ini menjadi sebuah gerakan yang tidak merusak lingkungan,” kata Puthut Ardiyanto, Ketua Umum Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) saat pembukaan AEPI Fashion Festival (AFF) 2022 di Plaza Ambarrukmo, Minggu (30/10/2022).

“Dengan semangat Jewels of Leaves, kami ingin mengangkat eco-print, bahwasanya eco-print dapat terus dikembangkan. Fashion harus stylish, tetapi fashion juga harus fair. Produk fashion jangan menjadi perusak lingkungan bagi masa depan,” imbuhnya.

Acara ini bukan sekadar pertunjukan fashion show, ada banyak kegiatan edukatif yang bisa diikuti pengunjung Plaza Ambarrukmo melalui workshop dan Do It Yourself Shibori dan Tie Dye dengan pewarnaan alami. Selain itu, rangkaian talkshow akan menghadirkan nara sumber Ika Mardiana, seorang desainer senior dan founder Bali Fashion Week, Dr Kun Budiasih, akademisi sekaligus pengurus AEPI Divisi Riset dan Pengembangan yang akan membahas tentang kekayaan daun di Indonesia.

Hari pertama perhelatan AFF 2022 diikuti perancang busana Tuty Cholid x MilangKori, Uzi Fauziah x Tika Setya, Hanif Aisyah x Syirka Ecoprint, Laudato Si x LPTB Susan Budihardjo, Anteng Hadiati, Sri Isnawati, Isnaniah, Tri Nafsiati dan Louis Ang.(*)