PPKM Darurat dan Darurat Nilai

PPKM Darurat dan Darurat Nilai

HARI ini pandemi Covid-19 rupanya masih jauh dari kata selesai. Beragam upaya pemerintah untuk membebaskan rakyat dari agresi Covid-19 tak henti dilakukan, termasuk bansos, tes antibody, tes antigen, swab PCR, dan vaksinasi. Kreasi dan inovasi pun bertebaran seturut negara untuk meringankan beban rakyat dan menekan penyebaran angka Covid-19, maka lahirlah program Jaga Tangga, Jaga Warga, Jajan Tangga, Genose, Work from Home, sekolah digital, telemedis, dll.

Kampanye, ajakan, seruan dan atau himbuan berfrasa edukasi terus digencarkan, terkait dengan penerapan disiplin protokol kesehatan. Perang informasi menumpas hoaks pun wajib diterapkan dengan memasok berita-berita positif tentang pergerakan penanganan pandemi Covid-19. Contoh, video penertiban penegak PPKM yang sedang viral saat ini tentang tambal ban online yang ternyata video itu sudah mengalami distorsi pemotongan, sehingga informasinya tidak utuh dan cenderung menjerumuskan rakyat.

Namun demikian, kadang kita tidak habis pikir, apa yang ada dalam benak orang-orang yang masih saja suka mengirim berita bohong, mengadu domba, memfitnah, menjelek-jelekkan pemerintah, menghina para petugas, melawan peraturan maupun, mbalelo dan pasang badan kala diperingatkan aparat, saur manuk kontraproduktif dan sebagainya cukup menyita halaman media online dan atau luring.

Bahkan tak sedikit profesi-profesi yang berusaha mementahkan teori dan atau konsep bahkan analisis ilmiah yang sedang dikerjakan pemerintah. Pendeknya mereka hanya cakap mengolok-olok tanpa memberikan jalan keluar. Apa yang dilakukan diframing paling benar, paling ilmiah dan paling aman tanpa efek samping.

Pada aras lainnya, kita cukup ngelus dada juga, karena pada kalangan akademisi pun kerap beredar wacana-wacana yang justru membuat kekhawatiran rakyat menggunung. Jalan kekerasan atau bullying seringkali memenuhi pemberitaan dan media hanya untuk memblow-up ide-ide kelompok tertentu. Pada ruang yang lain, terjadi transaksi kelam, seperti korupsi bantuan, menimbun tabung oksigen, mempermainkan obat- obatan dan jor-joran tarif test Covid-19 di luar kewajaran.

Hal seperti ini kadang membuat panic buying bagi rakyat. Aksi-aksi penipuan, pembohongan, pemerasan dan penggelapan hanya untuk mengeruk keuntungan pribadi masih menyelinap di tengah rimbunnya kepedihan ini.

Tak sedikit ragam pelanggaran PPKM darurat terjadi, demikian juga tindakan dan sikap aparat dalam berbagai penyekatan pun masih perlu dibenahi agar lebih humanis dan edukatif. Terutama yang menyangkut kolanggaran domain tugas-tugas tertentu, seperti tenaga kesehatan, pasukan pengaman, dan sebagainya. Belum lagi, masih saja ada orang-orang yang ngeyel, abai dan menggampangkan pandemi Covid-19 ini bahkan ada yang tidak percaya virus itu ada dan mematikan.

Salah satu mahasiswa di Kebumen ditanya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di salah satu rumah isolasi yang mengatakan, sudah setahun tidak bermasker dan keluyuran merupakan teladan buruk yang tidak patut dicontoh. Ia tidak merepresentasi kaum yang weleducated tapi sebaliknya lowattitude. Sederet bagian darurat nilai di atas pada musim pandemi ini harus segera di-repair. Maka kemudian, perlu rasanya di tengah kemurungan pandemi ini, kita mesti legawa dan berbesar hati untuk tetap menjalankan prokes dengan 5M.

Penting ditegakkan rasa saling percaya dan menghargai tugas masing-masing. Kita tak boleh seenaknya mengambinghitamkan pemerintah, negara sudah bekerja mati-matian dan sudah berapa anggaran penanggulangan Covid-19. Semuanya berpamrih agar rakyat segera pulih, sembuh dan sehat kembali untuk meraih sumber-sumber ekonomi baru, sehingga punya kepercayaan diri yang utuh untuk menjemput nasib dan masa depannya.

Kolaborasi, sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat maupun semua sektor dan transdisiplin menjadi penentu percepatan pemulihan pandemi. Mari kita semua berbenah, berbuat baik, berbaik sangka kepada semua pihak, sehingga akan memuluskan kerja-kerja pemerintah. Upaya lain yakni, percepatan vaksin lintas usia meski prioritas utama pada kelompok umur lansia.  Pembenahan yang barangkali masih perlu dilakukan, misalnya pembatasan jam buka usaha saat PPKM darurat, semestinya adanya jaminan atau subsidi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Aplikasi Free

Revolusi mental Satpol PP nampaknya juga masih perlu diupgrade, sehingga boleh saja tegas tapi tak perlu ngegas, sehingga tak ada lagi penyempotan disinfektan pada warung yang masih buka. Jadi sesungguhnya mesti lebih memainkan fungsi kontrol yang kontinyu. Tentu saja dengan sikap-sikap yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tanpa arogansi. Dengan demikian prokes terjaga, ekonomi jalan dan tumbuh. Begitu juga relaksasi perbankan selayaknya juga diperpanjang, kemudian pajak-pajak diperlonggar. Misalnya, pembebasan denda pajak kendaraan bermotor, pembebasan denda PBB, sekurangnya selama pandemi bergolak pun layak digerakkan.

Jika hal sederhana tersebut tidak dirawat dengan baik, barangkali akan berimbas pada berkurangnya level kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, khususnya terhadap aparat PPKM darurat di tingkat bawah atau lapangan. Ada langkah menarik yang dilakukan para elit, yang mengajak atau mendorong kalangan ASN dan kawan-kawan yang berpenghasilan tetap untuk jajan di pedagang-pedagang kecil dengan tetap menggunakan media online (gofood, grabfood dan aplikasi lainnya).

Pemerintah dalam relasi ini mesti hadir dengan membuat semacam aplikasi sederhana yang gampang dioperasionalkan para pedagang kecil yang tidak berbayar atau free. Artinya, membuka peluang dengan tanpa bergantung pada vendor-vendor komersial atau berbayar.

Poin ini sekurangnya akan menumbuhkan rasa dan sikap empati, kebersamaan dan gotong royong. Itulah kemudian, menjadi tugas bersama kita membalik pandemi Covid-19 dengan tidak menggadaikan nilai-nilai kita yang kita genggam selama ini, sehingga sudah selayaknya di tengah kesulitan ini kita mengibarkan bendera empati dan kemanusiaan.

Eling dan ngelingake (ingat dan mengingatkan) dengan tetap disipilin prokes layak selalu digelorakan dengan teladan seluruh pemangku kepentingan dan sudah saatnya kita menggunakan hati untuk mengasah kepekaan dan sense of crisis terhadap lingkungan sekitar. **

Marjono

Penulis buku Desamu Cerita Negeri, Eksponen Pendamping Desa Miskin Indonesia