Ponggok Klaten Luncurkan Program Satu Rumah Satu Sarjana

Ponggok Klaten Luncurkan Program Satu Rumah Satu Sarjana

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Desa Ponggok di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten dikenal sebagai desa yang memiliki sejumlah obyek wisata unggulan. Seperti Umbul Ponggok, Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Soko Alas yang saat ini sedang dalam pengembangan dan obyek wisata lainnya.

Kehadiran obyek wisata unggulan tersebut tentunya tidak terlepas dari sumbangsih para pemikir yang ahli di bidangnya.

Para ahli tersebut tentunya warga Desa Ponggok yang di sekolahkan oleh pemerintah desa melalui program Satu Rumah Satu Sarjana (SRSS).

Program SRSS Desa Ponggok pertama kali dicetuskan oleh Kepala Desa Junaedhi Mulyono SH pada tahun 2016. Program tersebut dilatarbelakangi saat dirinya mulai membangun Desa Ponggok pada tahun 2007/2008.

Menyadari membangun desa tidak bisa seorang diri, Junaedhi Mulyono butuh kalangan akademisi dan ahli. Dan, membangun desa juga diakui tidak boleh sembarangan. Jika pembangunan dilakukan secara sembarangan maka tujuan tidak akan pernah gol (tercapai).

"Kami butuh ahli. Ahli pemetaan, ahli perencanaan dan lain sebagainya. Itu sudah kami gunakan sekarang. Dan sekarang perencanaan kami sudah menggunakan tenaga ahli (tehnokratik)," kata Junaedhi Mulyono baru-baru ini.

Pada awal memulai membangun desa, pria kelahiran 23 Juni 1976 itu menggandeng mahasiswa UGM Yogyakarta yang menyelenggarakan KKN di Desa Ponggok. Mahasiswa itu digandeng untuk melakukan pemetaan data. Baik data permasalahan, potensi desa, kawasan kumuh, warga miskin dan lain sebagainya. Sekarang ini data yang dikumpulkan sudah lengkap dan detil.

SRSS sukses

Pentingnya kehadiran tenaga ahli menggugah dirinya untuk mendorong warga agar mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dorongan itu diwujudkan dengan memberikan beasiswa kepada warga yang mau kuliah. Itu dilakukan karena Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci.

Terbukti, pada awal program SRSS digulirkan tahun 2016 tercatat ada enam warga yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maka saat ini sudah ada 67 warga yang kuliah.

"Warga yang kuliah itu tidak hanya di perguruan tinggi negeri saja. Di perguruan tinggi swasta pun ada. Mereka kuliah di Jakarta, Bandung dan lain sebagainya. Pemerintah Desa Ponggok memberikan bantuan berupa beasiswa," ujarnya.

Meski warganya yang kuliah itu menerima beasiswa dari Pemerintah Desa Ponggok, warga boleh memilih bekerja dimana saja. Sebab beasiswa yang diberikan tidak mengikat.

Saat ini program SRSS sudah berjalan 7 tahun dan sudah mencetak 15 orang sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Dari jumlah itu, tercatat 10 orang diantaranya justru mengabdikan diri dengan bekerja di desa diantaranya sebagai perangkat desa dan Direktur Bumdes. Sedangkan sisanya bekerja di luar untuk mencari pengalaman.

Tidaklah mengherankan jika saat ini program SRSS Desa Ponggok telah membuahkan hasil. Pembangunan desa, kesejahteraan masyarakat dan kehadiran obyek wisata unggulan terus bermunculan sehingga menjadikan Desa Ponggok kerap menjadi pilihan pengunjung untuk berekreasi.

Kehadiran obyek wisata Soko Alas yang saat ini dikembangkan Pemdes Ponggok bekerjasama dengan pihak swasta bakal menjadi magnet baru bagi wisawatan.

Camat Polanharjo Joko Handoyo sangat mengapresiasi program Satu Rumah Satu Sarjana (SRSS) yang dilaksanakan Pemerintah Desa Ponggok. Menurutnya, program SRSS sangat bermanfaat karena bertujuan membantu warga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yang nanti bisa berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan desa.

"Program ini bagus sekali dan bermanfaat. ," kata Joko Handoyo, Kamis (23/2/2023). (*)