Pilkada.AI Tambah Tiga Fitur Baru, Dukung Efektivitas Kampanye

Biaya mencalonkan diri sebagai bupati atau walikota pada kisaran Rp 20-30 miliar.

Pilkada.AI Tambah Tiga Fitur Baru, Dukung Efektivitas Kampanye
CEO Pilkada.AI Nadia Shabilla belum lama ini di Jakarta mengenalkan salah satu fitur terbaru yakni Kamar Hitung. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, JAKARTA – Diawali pada Mei 2024, PT Elektawave Tekno Strategi memperkenalkan Pilkada.AI yaitu platform berbasis teknologi generative artificial intelligence (AI) dan big data.

Kini Pilkada.AI menambah tiga fitur baru sehingga semakin bermanfaat membantu para Calon Kepala Daerah (Cakada) mengatur strategi kampanye yang efektif dengan fitur-fitur terbaru yang ditanamkan.

Kelengkapan fitur tersebut semakin menegaskan konsep one stop service Pilkada.AI sebagai konsultan politik personal yang mendampingi para Cakada merespons tren dan sentimen yang berkembang di masyarakat secara cepat.

Salah satu fitur terbaru Pilkada.AI yang signifikan adalah Video Generative AI. Fitur ini memungkinkan pembuatan video personalisasi secara massal dalam waktu singkat.

Cukup satu kali rekam, AI akan menduplikasi ribuan video dengan nama konstituen berbeda-beda. Template video juga beragam mulai dari ucapan selamat ulang tahun, khitanan, pernikahan hingga ajakan memilih.

Dengan demikian, Cakada dapat menciptakan konten video yang menarik dan relevan untuk memperkenalkan diri mereka kepada pemilih secara cepat dan efisien.

CEO Pilkada.AI, Nadia Shabilla, melalui siaran pers ke redaksi koranbernas.id, Rabu (13/11/2024) malam, menjelaskan Video Generative AI akan memudahkan Cakada menciptakan komunikasi yang lebih personal dan menjangkau konstituen dengan lebih efektif tanpa harus memproduksi banyak video berulang kali.

Dengan kemampuannya menciptakan video personalisasi dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat, Cakada akan bisa digunakan berkomunikasi dengan audiens mereka secara lebih dekat dan efisien.

“Kami berharap, melalui fitur ini Cakada dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan pemilih mereka melalui komunikasi yang lebih personal dan relevan,” tambahnya.

Selain Video Generative AI, Pilkada.AI juga memperkenalkan fitur Pemantauan Media untuk mengetahui persepsi publik terhadap Cakada. Dengan fitur ini memungkinkan melacak isu-isu dan persepsi masyarakat terhadap diri mereka dan juga terhadap pesaing, secara real time.

Tak hanya memberikan informasi tentang apa yang dibicarakan di media dan masyarakat, fitur tersebut juga memberikan rekomendasi yang dihasilkan secara otomatis oleh kecerdasan buatan (AI).

Tren dan sentimen

Cakada dapat lebih responsif terhadap tren dan sentimen yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, Cakada bisa mengatur strategi kampanye mereka dengan lebih efektif dalam waktu singkat.

Kemudian satu lagi fitur terbaru yang diperkenalkan adalah Kamar Hitung, sebuah inovasi di Pilkada.AI yang memudahkan proses rekapitulasi suara secara real-time mirip quick count.

Relawan dapat mengambil foto kertas C1 hasil pemungutan suara di tiap TPS dan mengunggahnya ke aplikasi. Selain itu, tim sukses (timses) juga bisa memasukkan angka hasil perhitungan secara manual untuk memastikan keakuratan data yang diunggah.

Menurut Nadia, pada hari pencoblosan, timses dari setiap calon kepala daerah dapat mengunggah hasil rekapitulasi dari setiap TPS melalui foto maupun input manual.

“Teknologi AI kami akan langsung memproses data tersebut, menghasilkan grafik secara real-time dari seluruh daerah pemilihan.  Melalui fitur Kamar Hitung, rekapitulasi suara menjadi lebih cepat, mudah dan fleksibel, membantu timses memantau hasil pemilu dengan efisien tanpa harus menghadapi kerumitan proses manual,” ungkap Nadia.

Melengkapi servis

Tambahan ketiga fitur baru tersebut semakin melengkapi servis yang ditawarkan Pilkada.AI. Pemain sejenis cenderung hanya menonjolkan salah satu fitur utama dalam produk mereka.

Menurut Nadia, Pilkada.AI menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menyediakan layanan mulai dari pemetaan politik, rekomendasi strategi dan komunikasi, hingga aplikasi untuk tim kampanye.

“Jadi bisa dikatakan, yang kami tawarkan adalah one stop service yang komprehensif. Kami tidak hanya memberikan alat atau fitur tunggal, tapi juga menyediakan solusi lengkap yang memungkinkan Cakada mengelola kampanye mereka dengan lebih efisien dan efektif,” tambahnya.

Berdasarkan survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis September 2022, biaya yang dibutuhkan untuk mencalonkan diri sebagai bupati atau walikota berada pada kisaran Rp 20-30 miliar.

Sedangkan untuk maju meraih jabatan gubernur atau wakilnya membutuhkan modal Rp 100 Miliar. Merujuk rilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa tahun silam, disebutkan kisaran angka itu terkadang mencapai angka yang spektakuler hingga di atas Rp 400 miliar.

Sangat bervariasi

Menurut dia, biaya politik memang sangat bervariasi, tergantung berbagai faktor. Nadia mencatat, beberapa hal yang menjadi penentu besarnya biaya kampanye antara lain adalah wilayah, tingkat kompetisi, strategi kampanye.

Angka inilah yang sering menjadi batu sandungan bagi para Cakada bahkan bisa menjadi bumerang setelah kontestasi berakhir. Namun dengan pemanfaatan big data berbasis teknologi AI yang memberikan data secara komprehensif dan akurat, Cakada sebenarnya dapat merencanakan kampanye mereka dengan lebih efisien dan efektif.

Nadiah mencontohkan, penggunaan Platform Pilkada.AI yang canggih dan inovatif bisa menghemat biaya kampanye hingga 40 persen. Bagaimana tidak, hanya dengan biaya mulai dari Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar (tergantung wilayah dan level pemilihan), Cakada sudah bisa memanfaatkan berbagai fitur pintar dari Pilkada.AI yang komprehensif untuk mendekatkan mereka dengan para pemilih.

Terkait keamanan dan kerahasiaan, Nadia menjamin keamanan data pengguna Pilkada.AI. Platform ini memiliki  DPO (Data Protection Officer) dan sudah memiliki sertifikasi dari APPDI (Asosiasi Profesional Privasi Data Indonesia) yang memastikan seluruh proses memenuhi standar Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

“Lebih dari itu, melalui Pilkada.AI, kami ingin memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan proses demokrasi di Indonesia menjadi lebih transparan, partisipatif dan data-driven,” katanya.

Data politik

Dijelaskan, Pilkada.AI sendiri memang telah diperkenalkan ke publik Mei silam. Pilkada.AI merupakan platform berbasis teknologi Generative Artificial Intelligence (AI) dan big data yang dirancang mengoptimalkan efektivitas kampanye melalui analisis data politik yang akurat dan menyediakan strategi pemenangan yang efisien hingga level tempat pemungutan suara (TPS).

 Platform ini tidak hanya mampu mengidentifikasi wilayah prioritas, namun juga dapat memahami elektabilitas Calon Kepala Daerah (Cakada) dan kompetitornya.

Plaftorm Pilkada.AI menyediakan serangkaian fitur inovatif yang dirancang untuk mengamankan dan memaksimalkan efisiensi penggunaan dana kampanye.

Di antaranya, peta politik dan navigasi yang dirancang microtargeting di tingkat kecamatan dan nano targeting di TPS prioritas. Selain itu, juga terdapat fitur-fitur unggulan seperti aplikasi tim sukses yang dilengkapi dengan survei pushpoll, geo-tagging dan teknologi anti-fake GPS.

Meningkatkan peluang

Dari sisi komunikasi, Pilkada.AI dapat digunakan merancang berbagai komunikasi kampanye melalui teknologi AI untuk membantu Cakada meningkatkan peluang memenangkan pemilihan. Di antaranya untuk merancang slogan, narasi pidato, caption di media sosial, hingga target sasaran iklan kampanye.

Dengan Pilkada.AI, Cakada dapat diakses data terkini, pencapaian yang pernah diraih, pemahaman berbagai isu kritikal di wilayahnya, analisis tren pemilih, hingga implementasi strategi yang telah terbukti efektivitasnya.

Pilkada.AI didukung teknolgi Large Language Model (LLM), machine learning dan generative AI terkini. Teknologi tersebut memungkinkan Pilkada.AI mengolah jutaan data menjadi strategi yang personal dan nano targeting bagi para Cakada.

Penggunaan teknologi itu juga mampu menghasilkan rekomendasi kampanye yang positif berdasarkan isu-isu kritikal yang dibutuhkan oleh masyarakat. (*)