Pertama Kalinya Petani Desa Sumberejo Purworejo Tanam Padi MT 3

Memang belum banyak petani yang murni menggunakan pupuk organik.

Pertama Kalinya Petani Desa Sumberejo Purworejo Tanam Padi MT 3
Tim Kementan memberikan pelatihan ke BPP, menanam padi pola jejer legowo 2:1. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Kepala Pusat Penyuluhan (Kapusluh) Kementan (Kementerian Pertanian) Bustanul Arifin Caya melakukan kunjungan ke Desa Sumberejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, Rabu (30/8/2203).

Saat tiba di BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kecamatan Purwodadi, Kapusluh beserta tim diterima penyuluh Purwodadi. Dipandu Desty Lina Erfawati tim langsung menuju lahan percontohan demplot pertanian di depan BPP.

Desty mengatakan untuk pertama kalinya petani Desa Sumberejo melakukan MT 3 (Musim Tanam 3). Biasanya pada MT 3 lahan pertanian dibiarkan karena kekurangan air.

Kali ini berbeda setelah uji coba pertanian di MT 3 menggunakan program CSA (Pertanian Cerdas Iklim) SIMURP.

Kapasluh Kementan Bustanul Arifin Caya berdialog dengan penyuluh dan petani di BPP. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

Melalui uji coba ini, BPP Purwodadi menggunakan bibit Cintanur yang dinilai lebih menguntungkan karena hasil produksinya 6 ton hingga 7 ton per hektar.

"Demplot seluas dua hektar menggunakan program CSA (Pertanian Cerdas Iklim) SIMURP dengan genta (gerakan petani) organik. Memang belum banyak petani yang murni menggunakan pupuk organik, paling tidak ini percontohan dan akan ditiru," kata Desty.

Di Desa Sumberejo kelompok tani telah melakukan sekolah lapangan (SL) belajar membuat pupuk organik padat maupun cair. Sedangkan pola pertanian  menggunakan jajar legowo 2:1. Gabah atau beras Cintanur lebih mahal di pasaran sebab jenis aromatik.

Saat audensi dengan Kapusluh Kementan Bustanul Arifin Caya, salah seorang petani organik  Yohanes Martono (75) menjelaskan selama ini menggunakan pupuk organik untuk pertanian.

Foto bersama Tim Kementan, BPP Purwodadi dan petani setempat. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

"Saya berharap generasi berikutnya mau beralih ke pupuk organik pada lahan pertanian. Dengan pupuk organik, saya mampu menghasilkan beras sehat dengan harga lebih mahal. Beras biasa rata-rata harga Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kilo, beras sehat organik bisa saya jual Rp 18 ribu per kilo, selama ini sudah ada pelanggan tetap," ujarnya.

Kades Sumberejo Erwan Yoga Sena menambahkan pihaknya sangat antuasias dengan kehadiran jajaran Kementan ke desanya.

"Semoga kehadiran Kementan dan tim membawa semangat bagi petani di Sumberejo. Kemarin kami sudah melakukan sekolah lapangan, ilmu itu sangat bermanfaat. Di depan BPP ada percontohan pertanian MT 3, ini terjadi baru tahun ini. Semoga bisa untuk contoh petani sekitarnya," jelas Yoga.

Menurutnya pertanian MT 3 bisa diikuti oleh petani lainnya serta bisa menambah penghasilan mengisi kekosongan, biasanya saat MT3 lahan dibiarkan tak digarap karena kesulitan air.

ARTIKEL LAINNYA: Simurp Menguntungkan Petani, Hasil Panen Meningkat Lebih 1,2 Ton

Untuk mengatasi kekurangan air pada MT 3 bisa dengan droping dari pusat di sumber kekurangan air.

"Jika banyak petani mencoba MT 3, saya kira kesulitan mendapatkan air, sebab di MT 2 saja penggunaan air berebut. Tetapi akan kita coba droping air terjadwalkan. MT 3 ini hal baru dengan padi verietas terbaru yaitu padi Cintanur," jelasnya.

Yoga menambahkan dengan sekolah lapangan warganya mendapat ilmu membuat pupuk organik. Bahan bakunya tercukupi.

"Ketersediaan pupuk organik tercukupi, karena bahan baku berupa kotoran hewan berlimpah dari peternakan sapi. Masih banyak warga memelihara sapi dan kambing," terang Yoga.

ARTIKEL LAINNYA: Ketersediaan Air Baku Terjaga, Pelanggan PDAM Kebumen Diimbau Berhemat

Dia berharap proposal yang diajukan desanya ke Kementan bisa ditangkap atau disetujui. "Proposal yang kami ajukan, sudah melalui persetujuan petani dan kami selalu kerja sama dengan BPP. Luar biasa," sebutnya.

Kapusluh Kementan dalam kesempatan tersebut berpesan agar petani tetap menggunakan program CSA (Pertanian Cerdas Iklim) SIMURP.

"Progam ini sangat bermanfaat untuk petani, karena ada peningkatan hasil produksi. Jika nanti Bank Dunia selaku penyandang dana dari Progam CSA Simurp, ternyata program ini masih berlanjut," ujar Bustanul Arifin.

Menutup audensi tersebut, Kepala DKPP Kabupaten Purworejo Hadi Sadsila menyampaikan kesiapannya menggunakan program CSA SIMURP. (*)