Peringati Satu Dasawarsa UU Keistimewaan dengan Upacara di Laut

Peringati Satu Dasawarsa UU Keistimewaan dengan Upacara di Laut

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL --  Upacara biasanya dilaksanakan di lapangan. Namun dalam rangka peringatan Satu Dasawarsa UU Keistimewaan DIY, upacaranya justru dilakukan di tengah laut, tepatnya kawasan Pantai Baron wilayah Kalurahan Kemadang Kapanewon Tanjungsari Gunungkidul, Sabtu (27/8/2022).

Kegiatan yang diprakarsai oleh Satpol PP DIY dan Paniradya Keistimewaan DIY ini menjadi sangat istimewa. Betapa tidak, rangkaian acara tidak hanya upacara di tengah laut, tetapi ribuan wisatawan yang memadati kawasan wisata Pantai Baron ini juga menyaksikan prosesi larungan atau labuhan berbagai ubarampe sesaji.

Tidak hanya itu, dipentaskan berbagai atraksi seni, di antaranya jatilan, drumband, pelepasan balon di tengah laut dan berbagai formasi baris yang dilakukan anggota SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul.

Prosesi diawali dengan kenduri di Joglo Pantai Baron yang dipimpin sesepuh wilayah setempat. Selanjutnya, berbagai ubarampe diarak menuju bibir pantai. Di tempat ini sudah menunggu puluhan kapal milik nelayan setempat, untuk membawa ubarampe dan peserta upacara ke tengah lautan.

Upacara larungan di tengah laut ini diikuti puluhan peserta, di antaranya Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad, Paniradya Pati Paniradya Keistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho, KPH Yudanegara selaku perwakilan Kraton Yogyakarta, anggota SAR setempat dan beberapa wisatawan.

Iringan-iringan kapal yang membawa peserta upacara dan ubarampe ini, bergerak cepat menuju tengah lautan. Ombak yang biasanya ganas, dalam sesaat tampak tenang. Setelah sampai di tengah laut, kapal membentuk formasi baris. Setelah dipanjatkan doa, berbagai jenis ubarampe ini dilarung dengan cara dilempar tengah laut.

Bersamaan dengan itu, ombak besar tiba-tiba datang. Seakan sang penguasa laut selatan menerima ubarampe ini. Hanya dalam beberapa saat, ubarampe yang ditaruh dalam jodang ini, hilang ditelan ombak.

“Awalnya ombak tenang. Tetapi nggak tahu mengapa, setelah sesaji dilarung, kok tiba-tiba datang ombak besar, seakan menelan sesaji itu. Kapal yang saya tumpangi sempat oleng, namun hanya beberapa saat, lalu tenang kembali,” kata salah seorang wisatawan yang mengikuti prosesi larungan ini.

Terlepas dari semua itu, Kepala Satpol PP DIY Noviar Rahmad ketika ditemui koranbernas.id mengaku bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari melestarikan budaya, utamanya dalam menjaga keamanan dan ketentraman wilayah wisata.

“Satpol PP punya tanggung jawab besar untuk keamanan dan ketentraman kawasan panjang pantai yang di DIY ini mencapai 133 km. Kami tidak mungkin bisa melakukan sendiri, tetapi bersama dengan SAR Satlinmas, wisatawan dan masyarakat pada umumnya,” kata Noviar Rahmad.

Ditambahkan, upacara labuhan ini juga menjadi bagian rasa syukur pada Tuhan, karena selama sepuluh tahun ini keistimewaan itu sudah bisa diterima masyarakat.

“Selain itu labuhan ini juga sebagai bentuk permohonan dan doa agar Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X diberikan keselamatan, kesehatan sehingga bisa memimpin masyarakat DIY ini menuju kesejahteraan,” tambahnya.

Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Marjono didampingi sekretarisnya Surisdiyanto mengaku bangga menjadi ajang kegiatan ini. “Kami berusaha maksimal dan persiapan yang matang, sehingga alhamdulillah kegiatan ini berjalan lancar,” ucapnya. (*)