TBY Mengolah Kekayaan Folklor melalui Sayembara
Pengetahuan yang bercorak tradisional, kuno atau konservatif dapat berubah menjadi lebih masa kini.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil menyelenggarakan program unggulan Tutur Tumurun: dari Folklor ke Cerpen tahun 2024.
Rangkaian program Tutur Tumurun dimulai Mei 2024 dengan penyelenggaraan Bincang Cipta Cerpen diikuti oleh para sastrawan muda Yogyakarta.
Acara itu untuk memancing gagasan dan wawasan mereka terkait folklor di Yogyakarta. Setelah itu, Mei-Juni 2024, Taman Budaya Yogyakarta menggelar Sayembara Cipta Cerpen yang berhasil mengumpulkan 70 cerpen dari peserta yang lolos administrasi.
Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Seni Budaya Taman Budaya Yogyakarta Dyah Wahyu Aprilina SIP MPA selaku penanggung jawab teknis program menyatakan, ini merupakan upaya untuk menambah wawasan dan mencari 'kebenaran' dari masa lalu lingkungan sekitar Yogyakarta.
Petuah bijak
"Dengan mempelajari pepatah petitih petuah bijak nenek moyang yang secara cerdas diabadikan lewat folklor, kemudian menghadirkannya ke dalam cerita baru dengan reproduksi, rekonstruksi, dekonstruksi," ujarnya, Selasa (20/8/2024).
Menurut dia, pengetahuan yang bercorak tradisional, kuno atau konservatif dapat 'berubah' menjadi lebih masa kini.
Puncak acara Tutur Tumurun digelar Selasa 20 Agustus 2024 dengan mengadakan "Pesta Cerita: Anugerah Pemenang Sayembara Cipta Cerpen dan Peluncuran Buku Antologi Cerpen Tutur Tumurun.
Sekaligus diumumkan lima pemenang sayembara dan meluncurkan buku antologi cerpen yang berisi 5 cerpen pemenang dan 15 cerpen pilihan dewan juri.
Gelar juara
Selain penganugerahan gelar juara dan launching buku antologi cerpen, acara dimeriahkan pertunjukan tari Angguk, pembacaan cerpen dan pergelaran musik oleh sejumlah seniman, seperti Landung Simatupang, Bagus Mazasupa, Rubah di Selatan, Kopibasi, dan Jejak Imaji.
Lebih lanjut Dyah menjelaskan, Pesta Cerita menjadi acara pamungkas rangkaian program Tutur Tumurun: dari Folklor ke Cerpen. Pihaknya berharap program ini dapat meningkatkan wawasan dan mencari 'kebenaran' dari masa lalu lingkungan sekitar Yogyakarta.
Selain itu, juga menghadirkan pengetahuan tradisional yang lebih kontemporer melalui reproduksi, rekonstruksi, dan dekonstruksi cerita-cerita berbasis folklor. (*)