Perak Kotagede Terancam Tinggal Cerita

Perak Kotagede Terancam Tinggal Cerita

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Perajin perak yang masih aktif di Kotagede Yogyakarta saat ini bisa dihitung dengan jari. Dibutuhkan upaya regenerasi yang sistematis dan terprogram supaya kerajinan perak tetap eksis, setidaknya tidak terancam punah hanya tinggal cerita.

Semangat untuk mempertahankan eksistensi kerajinan yang menjadi salah satu andalan Provinsi DIY ini mencuat saat berlangsung pertemuan di Kantor Kecamatan Kotagede, Jumat (31/1/2020), dalam rangka Monitoring dan Evaluasi Komisi A DPRD DIY ke Kawasan Cagar Budaya Kotagede.

Dipimpin ketuanya, Eko Suwanto didampingi Suwardi selaku wakil ketua serta sekretaris Retno Sudiyanto, komisi yang membidangi pemerintahan ini berkunjung dalam rangka evaluasi penggunaan dana keistimewaan (danais).

Hadir pula anggota anggota Komisi A terdiri dari KPH Purbodiningrat, Sutemas Waluyanto, Bambang Setyo Martono, Muhammad Syafi'i, Siti Nurjannah, Hifni Muhammad Nasikh, Sudaryanto, Heri Dwi Haryono dan Stevanus Christian Handoko.

Lurah Prenggan, Haryatun, menyatakan pengusaha perak Kotagede sekarang ini jumlahnya tidak sampai 10 orang. “Kami memohon kerajinan perak dibudayakan lagi sebagai ikon pariwisata,” ujarnya.

Keprihatinan serupa disampaikan Miftahul Alfin, tokoh masyarakat yang juga ketua LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota) setempat.  Dulu Kampung Basen merupakan pusat kerajinan perak namun sekarang pamornya surut seiring berkurangnya para perajin.

Pihaknya berencana mendirikan living museum perak supaya kerajinan perak yang saat ini ibarat hidup segan mati tak mau mampu bangkit lagi.

“Dulu ada 300 perajin sekarang turun drastis. Para perajin perak sudah alih profesi. Kami berharap trade mark Kota Perak dihidupkan lagi,” kata dia.

Merespons hal itu, anggota Komisi A, Muhammad Syafi'i yang menganggap Kotagede sebagai rumah kedua baginya, mengatakan dirinya khawatir kerajinan perak akan punah. Bisa jadi, sepuluh tahun yang akan datang perak Kotagede benar-benar hilang.

Trade mark Kota Perak itu bukan sekadar toko tetapi harus ada perajinnya. Sekarang ini perajin rata-rata dari Wonosari. Perlu ditumbuhkan para perajin baru dan bisa hidup layak dari kerajinan perak,” ujarnya. (sol)