Pengikut Raja KAS Tertarik Ajakan Nguri Uri Budaya

Pengikut Raja KAS Tertarik Ajakan Nguri Uri Budaya

KORANBERNAS.ID,PURWOREJO—Para pengikut Raja Keraton Agung Sejagad (KAS) mengaku rela dan menerima ajakan Totok Santoso selaku raja, lantaran tertarik dengan semangat nguri-uri budaya. Setidaknya, pengakuan ini keluar dari ucapan sejumlah pengikut utama sang raja, yang Selasa (21/1/2020) memenuhi panggilan tim dari Polda Jateng di Mapolres Purworejo.

Empat pengikut Keraton Agung Sejagad (KAS), yaitu Chikmawan (pemilik lahan dan juga sebagai resi KAS), Imron, Prasetianto dan Sarwono memenuhi panggilan Kompol Abdillah dari Polda Jateng guna penyidikan.

Mereka mulai diperiksa sejak pukul 08.00 pagi. Hingga berita ini diturunkan, keempatnya masih menjalani pemeriksaan.

Pemeriksaan pertama dilakukan untuk 2 orang yaitu, Prasetianto selaku humas dan juga sebagai patih KAS serta Chikmawan sebagai resi KAS. Disusul kemudian rekan-rekannya yakni Muhammad Imron Sholeh sebagai empu KAS dan Sarwono sebagai punggawa yang berdomisili di barat lokasi KAS.

Saat menunggu pemeriksaan, Imron menuturkan dirinya sudah setahun bergabung dengan KAS.

“Saya yang membangun tembok fisik KAS serta yang mengukir batu prasasti,” papar warga Desa Pengaringan, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo itu.

Menurut Imron, dia ditugasi oleh Totok Santosa, Raja Keraton Agung Sejagat, untuk memahat batu besar berdiameter 1,7 meter yang dijadikan prasasti (tetenger).

“Waktu pemahatan sekitar 2 minggu, yang memberikan gambar Pak Totok dalam bentuk print. Diberi ongkos suka rela saja,” jelas Imron.

Saat ditanya apakah paham dengan tulisan yang dipahatnya, Imron menjawab tidak begitu paham, karena menggunakan huruf Jawa.

“Saya mau bergabung dengan Keraton Agung Sejagad, karena saya pikir untuk nguri-nguri kebudayaan Jawa. Bahkan Pak Totok selalu mengajarkan kepada kami, bagaimana menjadi orang Jawa yang tidak kehilangan Jawanya,” jelas Imron yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan.

Senada dengan Imron, Sarwono juga mengatakan dirinya hanya tahunya diajak sinuwun untuk nguri-nguri kebudayaan nusantara.

“Masalah penipuan yang ditudingkan raja dan ratu,saya tidak tahu. Kalau tahu dari awal ada indikasi penipuan, tentu saya tidak mau,” tutur pria yang bekerja sebagai buruh tani. (SM)