Pembangunan Jembatan Ojo Diplintir

Pembangunan Jembatan Ojo Diplintir

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Bupati Bantul Drs H Suharsono meresmikan jembatan Dzikrul Ghoffilin, Dusun Kentolan Desa Guwosari dan Jembatan Benyo, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kamis (17/9/2020) siang. 

Nampak hadir dalam peresmian adalah Kepala BPBD Bantul,Dwi Daryanto, Camat Pajangan Anjar Arintaka, jajaran pemerintah desa dan warga sekitar lokasi.

Dalam laporannya, Dwi Daryanto mengatakan, badai Cempaka di bulan November 2017 meluluh lantakan infrastruktur yang ada di Bantul, termasuk jembatan.

“Setelah kejadian kami melakukan inventarisir dan taksiran kerugian mencapai 275 miliar dengan jangka waktu kejadian tidak sampai 1 hari,”kata Dwi.

Selanjutnya, mereka membuat proposal ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan dilakukan verifikasi oleh mereka.

“Alhamdulillah ada lima jembatan yang mendapat prioritas untuk diperbaiki di Bantul,” kata Dwi.

Total anggaran yang digelontorkan hampir mencapai Rp 65 miliar. Adapun lima jembatan tersebut selain Jembatan Dzikrul Ghofilin dan Benyo, juga Jembatan Kiringan Jetis, Jembatan Gayam Wonokromo dan Jembatan Kedungjati Imogiri.

Kelimanya dijadwalkan selesai pembangunan September ini.

“Kalau yang sudah diserahkan dari rekanan dua jembatan ini dan diresmikan oleh bupati,” katanya.

Jembatan Dzikrul Ghoffilin menelan anggaran Rp 5 miliar dan Benyo Rp 5,5 miliar. Jembatan dibangun dengan mempertimbangkan antisipasi terhadap kejadian banjir yang bisa saja terjadi di masa yang akan datang.

Di tengah jembatan tidak ada pilar. Jadi kalau ada sampah termasuk rumpun bambu tidak terganggu.

“Kalau dulu ada pilar jembatan, maka kalau ada sangkrah-sangkrah jadi terganggu. Jembatan yang sekarang juga didesain tinggi untuk antisipasi banjir,” katanya.

Semua biaya pembangunan jembatan lanjut Dwi murni dari anggaran BNPB dan melalui proses yang panjang. Tahun 2018 bupati diminta menghadap BNPB di Jakarta untuk menandatangani nota perjanjian hibah bantuan pembangunan jembatan.

Drs H Suharsono mengatakan agar pembangunan jembatan ini jangan diplintir.

“Jembatan dibangun murni dana dari BNPB, ojo diplintir. Maklum sekarang sedang tahun politik. Jadi ini bukan dibiayai dari aspirasi anggota dewan, namun dari pemerintah pusat dalam hal ini BNPB,”tandas Bupati.

Diceritakan Bupati, paska badai Cempaka 2017 dirinya langsung mengumpulkan camat guna mendata berapa kerugian yang ditimbulkan. Termasuk laporan dari para lurah.

“Saya kalau ada masalah inginya cepat selesai. Dan waktu itu saya rapat sampai jam 00.01 WIB. Kita pilah, maka yang menjadi kewenangan kabupaten, provinsi dan pusat. Kemudian segera dibuat proposal untuk perbaikan. Kalau sekarang jembatan sudah diresmikan, tolong dijaga bersama. Jangan dicorat-coret,“ katanya.

Diharapkan dengan dibukanya jembatan baru akan meningkatkan mobilitas masyarakat baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.

Lumanah (55 tahun) warga sekitar Jembatan Dzikrul Ghoffilin mengaku senang jembatan yang dibangun sekarang lebih besar dan bagus.

“Kalau dulu lebih kecil dan posisinya rendah, Buat simpangan mobil tidak bisa, kalau sekarang sudah bisa,”katanya.

Juga keberadaan jembatan menjadi obyek wisata baru, karena banyak yang jalan-jalan ke jembatan sehingga meningkatkan pendapatanya sebagai pedagang makanan. (*)