Pedagang Alat Pertanian dan Pertukangan Keluhkan Penutupan Pasar
KORANBERNAS.ID, KLATEN--Kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten memperpanjang penutupan operasional seluruh pasar hewan hingga tanggal 21 Juni 2022, sebagai upaya untuk mencegah penularan virus penyakit mulut dan kuku (PMK) tidak hanya berdampak bagi pedagang ternak. Pedagang lain yang selalu berjualan pada saat pasaran hewan pun mengalami hal yang sama.
Seperti pedagang alat-alat pertanian, peralatan tukang maupun peralatan untuk ternak seperti tali dan pecut (cambuk). Akibat penutupan pasar hewan, penghasilan mereka dari hasil menjual peralatan tersebut juga turun drastis, bahkan tidak laku karena sepi pembeli.
Seperti dialami Darman, salah satu pedagang alat-alat pertanian dan peralatan pertukangan yang setiap pasaran Pon dan Wage di Pasar hewan Prambanan Klaten.
Ditemui di depan Pasar Hewan Prambanan, Kamis (9/6/2022) pagi, Darman yang mengaku tinggal di Dukuh Tegalpasiran RT 27/RW 9 Desa Taskombang Kecamatan Manisrenggo Klaten menceritakan sejak pasar hewan ditutup pada tanggal 25 Mei lalu penghasilannya dari menjual peralatan pertukangan dan pertukangan turun drastis karena sepi pembeli.
“Setiap pasaran hewan disini (Pon dan Legi), saya selalu berjualan di dalam pasar. Penghasilannya lumayan. Tapi sejak pasar ditutup dan saya berjualan di tepi jalan ini, penghasilannya sepi sekali karena tidak ada pembeli sama sekali,” kata Darman.
Dia menambahkan, peralatan yang dia jual seperti pacul (cangkul), arit, bendo (parang), gergaji, tali, pecut dan lain sebagainya. Sebelum pemda menutup pasar hewan Prambanan, penghasilannya dari menjual peralatan tersebut bisa mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu setiap pasaran.
“Sekarang sepi sekali pak. Sejak saya buka jam 07:00 WIB tadi saja hanya ada satu yang laku. Padahal alat-alat ini disetori dari Jawa Timur, Klaten, Wonosari dan Wonosobo,” ujarnya.
Darman berharap virus PMK segera hilang dan Pemkab Klaten membuka pasar hewan. Sebab jika kondisi seperti ini berlarut-larut maka dirinya dan keluarga juga akan merasakan dampak yang berkepanjangan karena tidak bisa berjualan.
Senada dikemukakan Slamet, pedagang peralatan pertanian dan alat-alat pertukangan lainnya. Kepada koranbernas.id, dia mengemukakan jika hasil dagangannya itu belum ada yang laku sama sekali.
“Hari ini belum ada yang laku terjual karena tidak ada pembeli. Pasar ditutup lagi otomatis sepi,” kata warga Desa Ngemplak Kecamatan Manisrenggo Klaten itu.
Di tempat terpisah, kepala pasar hewan Prambanan Kusno Tri Junianto menjelaskan bahwa yang ditutup adalah pasar hewan. Sehingga pedagang hewan tidak ada yang berjualan. Sementara pedagang alat pertanian dan pertukangan boleh berjualan.
“Tapi dampaknya tetap ada bagi mereka (pedagang peralatan pertanian dan pertukangan) karena pasar tutup,” kata Kusno di Prambanan. (*)