Pawai Budaya Nitilaku Berubah Konsep

Pawai Budaya Nitilaku Berubah Konsep

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Pawai Budaya Nitilaku yang menjadi bagian dari tradisi peringatan Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM) dari tahun ke tahun, kali ini tidak bisa dilaksanakan. Langkah tersebut diambil tak lain demi menjalankan program pemerintah menghambat laju penularan Covid-19.

Nitilaku merupakan pawai budaya dari Keraton Yogyakarta menuju Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada yang menjadi simbolisasi perjalanan sejarah UGM yang pada awal kelahirannya bertempat di Keraton Yogyakarta hingga berpindah ke Bulaksumur.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Nitilaku dimeriahkan berbagai pertunjukan seni budaya di sejumlah panggung sepanjang jalan menuju Balairung UGM, dan diikuti ribuan peserta dari kalangan sivitas UGM, alumni, maupun masyarakat umum.

Dalam Dies Natalis UGM ke-71 pada tahun ini, Nitilaku akan diselenggarakan secara virtual dengan melibatkan alumni UGM yang tersebar di berbagai penjuru tanah air.

“Acara kali ini sedikit berbeda tetapi tanpa menghilangkan maknanya. Saya senang teman-teman alumni banyak terlibat dalam acara ini,” kata Ganjar Pranowo, Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama), Jumat (11/12/2020).

Menurut dia, Nitilaku virtual sebagai bentuk penghormatan Kagama kepada pemerintah. “Karena kondisi tidak memungkinkan kita untuk bertemu,” ujarnya.

Nitilaku 2020 akan diselenggarakan Minggu, 13 Desember 2020, mulai pukul 07.00 WIB melalui kanal Youtube serta Zoom.

Pada tahun ini pawai, pertunjukan seni budaya, dan interaksi antarpeserta akan dilakukan secara virtual. Kagama di berbagai daerah akan terlibat dalam Nitilaku melalui video yang akan ditampilkan pada rangkaian pawai virtual.

“Jika biasanya pataka dibawa dari Keraton menuju Balairung, kali ini pataka dalam bentuk virtual akan berkeliling ke seluruh Nusantara, dimulai dari Aceh,” kata Iqbal Tuwasikal, Ketua Panitia Nitilaku 2020.

Pataka ini merupakan simbolisasi dari inisiatif berdirinya UGM dari para pendiri bangsa yang ingin memajukan SDM seluruh Indonesia agar bisa bersaing membangun bangsa yang baru seumur jagung, waktu itu.

Tantangan penyelenggaraan Nitilaku secara virtual, menurut Iqbal, adalah dalam menyiapkan konsep serta konten dari pawai virtual agar tetap menarik untuk diikuti. Sejumlah seniman dilibatkan merancang dan menyiapkan set digital.

“Konten-konten ini sudah mulai disiapkan, tentu ya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” tambahnya.

Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono M Eng D Eng IPU ASEAN Eng menyampaikan, meski diselenggarakan dengan konsep yang berbeda Nitilaku 2020 dirancang tetap dapat menghadirkan bentuk sinergi 5K, yaitu Kampus, Keraton, Kampung, Komunitas dan Korporasi dalam kerangka kebhinekaan.

Sinergi 5K akan hadir sebagai elemen acara Nitilaku, tidak semata-mata sebagai bentuk nostalgia, namun agar setiap peserta dapat mengambil inspirasi dari sinergi tersebut.

Nitilaku menjadi modal sosial yang tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan di masa kini dan masa depan, terutama tantangan menghadapi pandemi Covid-19.

“Nitilaku kali ini diselenggarakan dengan semangat untuk mengambil nilai positif dari apa yang kita alami dengan pandemi ini menjadi modal sosial untuk masa saat ini dan masa yang akan datang,” tandasnya. (*)