Pasar Antik Turut Dongkrak Perekonomian Bantul
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih secara resmi membuka Pasar Antik atau Vintage di Kompleks Pasar Seni Gabusan (PSG), Jalan Parangtritis KM 9,5, Sabtu (4/12/2021) malam. Hadir dalam kesempatan tersebut GBPH Yudhaningrat dari Kraton Yogyakarta, para pejabat terkait di Pemkab Bantul serta Direktur Utama Bank BPD DIY Santoso Rahmad. Pembukaan dihibur dengan tari golek ayun-ayun serta wayang kulit dengan lakon “Sudamala” oleh Dalang Ki Catur Benyek Kuncoro.
“Saya melihat malam hari ini, masyarakat juga antusias untuk berkunjung ke Pasar Antik atau Vintage. Terima kasih kepada para pedagang yang kompak untuk membuka pasar ini,” kata Gusti Yudha. Dan pembukaan juga diisi dengan pertunjukan seni tradisional, sebagai wujud nguri-uri kabudayan, tentu sangat didukung dan diapresiasi.
“Lakon “Sudamala” ini semoga membawa harapan agar Covid-19 bisa berkurang bahkan hilang. Sehingga silaturahmi akan terasa lebih nyaman,” katanya.
Sementara Bupati berharap dengan pembukaan pasar ini akan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat pada masa pandemi. “Saya berharap juga keberadaan Pasar Antik atau Vintage di PSG bisa turut menggairahkan dan mendukung kemajuan UMKM di Bantul,” kata Bupati.
Sebab Bantul terkenal dengan industri kreatif serta UKMKnya. “Maka keberadaan Pasar Antik atau Vintage saya harapkan juga mampu mendukung kemajuan PSG agar semakin ramai pengunjung,” kata Bupati. PSG sendiri menjual berbagai barang kerajinan yang ada di Bantul.
Irwan Kurniawan selaku ketua Komunitas Pedagang Antik dan Vintage Yogyakarta (Kompakyo) mengatakan, jika jumlah pedagang yang turut andil ada 68 orang dan buka setiap hari pukul 10.00 WIB hingga 22 WIB. Dan setiap malam minggu ada lelang barang antik.
“Di sini banyak barang-barang antik atau vintage. Misal arloji, radio lama, lampu-lampu, patung dan lainnya. Barang yang tidak ditemui di tempat lain, tersedia disini,” katanya. Pasar ini berbeda dengan klitikan, karena pasar antik atau vintage ada kualifikiasi barang yang diperdagangkan. Misalnya mengenai usia, yang disebut antik adalah ratusan tahun namun ada vintage dengan usia 50-an tahun serta menyedaikan barang repro. Untuk harga bervariasi ada yang murah Rp 5.000 yakni postcard dan yang mahal hingga ratusan juta misal arlioji, patung atau batu mulia.
Sedangkan Santoso Rahmad mengatakan, Bank BPD siap mendukung berkembangnya Pasar Antik atau Vintage di Gabusan.
“Di antaranya kita buatkan aplikasi ke semua pedagang sehingga bisa melakukan transaksi nontunai. Sekaligus hal ini manjadi bagian dari menekan penyebaran Covid-19 dan juga pemanfaatan kemajuan teknologi. Kami berharap ekonomi kita bisa bangkit dengan kerja sama banyak pihak,” katanya. Dan dalam kesempatan ini Bank BPD DIY juga menyerahkan program CSR senilai Rp 1.07 miliar untuk berbagai sektor mulai pendidikan, bantuan kepada nelayan, pembangunan jaringan fiber optik dan lainnya. (*)