Pandemi, Kesempatan IKM Logam Menggarap Barang Substitusi Impor
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Industri kecil dan menengah (IKM) logam, memiliki kesempatan untuk memetakan dan serius untuk menggarap barang-barang substitusi impor.
Direktur Industri Kecil dan Mengengah(IKM) Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut, Endang Suwartini mengatakan, masa pandemi ini, seluruh sektor termasuk IKM logam juga ikut terkena imbas. Namun di balik musibah ini, ada peluang yang sebenarnya bisa digarap lebih serius.
“Ya salah satunya mengambil alih pasar barang-barang impor. Termasuk bahkan untuk pasar sepeda yang sekarang ini lagi booming. Juga untuk produk-produk peralatan rumah tangga,” kata Endang melalui live streaming, disela acara serah terima fasilitasi mesin dan peralatan secara daring bagi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Logam di Kota Yogyakarta, Rabu (15/7/2020). Turut hadir dalam acara ini, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta, Yunianto Dwi Sutono.
Endang mengakui, sebagian besar pelaku usaha sektor IKM logam memang mengeluh dengan kondisi pandemi. Bahkan ada dari mereka yang terpaksa menghentikan produksi, dan produk yang sudah jadi terpaksa menumpuk di gudang.
Wabah Covid-19, memaksa semua orang menahan diri untuk membelanjakan dananya dan hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan prioritas.
“Tapi ada sektor yang terus bergerak. Mulai dari kebutuhan makan, olahraga dan lain sebagainya. Semua itu terkait dengan industri logam. Yang saya dengar, ada produsen peralatan rumah tangga yang justru kewalahan memenuhi permintaan. Termasuk juga alat-alat tepat guna. Ini harus kita petakan dan segera kita garap. Kita punya peluang di situ,” katanya.
Endang meminta, semua pihak terkait bekerja lebih keras untuk melakukan pemetaan lahan garap yang dapat diambil oleh industri kecil dan menengah. Koordinasi dan komunikasi juga perlu ditingkatkan. Kerjasama antar lini, akan menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk segera bangkit dan lebih berkembang ke depannya.
“Kami siap memberikan fasilitasi, untuk bersama-sama mendorong perkembangan IKM. Kita akan melihat apa yang menjadi kebutuhan mereka, dan sebisa mungkin kita akan bantu. Tentu tidak akan sama. Masing-masing daerah akan memiliki ciri khas dan kebutuhan masing-masing. Kita ambil peluang pasar yang ada. Yang sudah bisa kita tangani, harus kita lakukan sendiri. Termasuk untuk sepeda tadi,” katanya.
Yunianto mengatakan, di Yogyakarta, pandemi juga membawa pengaruh besar terhadap para pelaku industri kecil dan menengah. Selain persoalan tenaga kerja, mereka juga banyak menghadapi masalah terkait bahan baku dan pemasaran.
“Yang masih bisa beraktivitas, umumnya terkendala di operasional dan pemasaran. Sebab perjalan antar kota pun saat ini bukan persoalan gampang. Ada pembatasan-pembatasan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19,” kata Yunianto.
Sepeda asli karya IKM di Yogyakarta. (Warjono/koranbernas.id)
Untuk itulah, pihaknya terus mendorong para pelaku usaha agar melakukan terobosan-terobosan dan inovasi, serta memperkuat pemasaran online sebagai alternatif.
“IKM logam di Yogyakarta ada sekitar 2.862 atau hampir 3.000. Ada juga yang membuat komponen sepeda dan bahkan sepeda. Memang masih perlu terus didorong secara kualitas, tapi mereka terus bergerak dan berinovasi,” imbuh Yunianto.
Kepala UPT Logam Yogyakarta, Nafiul Minan menambahkan, selama pandemi ini, masyarakat memang cenderung menghindari jajan atau belanja kuliner di luar rumah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga lebih senang memasak sendiri.
“Hasil monitoring atau blusukan kita ke lapangan, mereka mengatakan kalau permintaan peralatan rumah tangga dan peralatan dapur mengalami lonjakan. Tapi sejauh ini, mereka masih terhambat dalam hal pengiriman ke daerah-daerah yang menerapkan PSBB,” terang Aan, panggilan akrab Nafiul Minan.
Fenomena menurunnya belanja makan di luar rumah ini, menurut Aan, harus direspon oleh kalangan pelaku usaha dengan terus berinovasi menciptakan peralatan yang makin baik untuk memudahkan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Bagaimana bisa mendorong yang dulunya tidak bisa memasak kemudian senang memasak. Yang awalnya sudah bisa memasak kemudian bisa lebih kreatif lagi,” paparnya.
Terkait bantuan peralatan, Endang Suwartini menambahkan, untuk IKLM Logam di Yogyakarta, pemerintah memberikan fasilitasi mesin dan peralatan berupa mesin 3D Printer. Peralatan ini diharapkan dapat mendukung aspek inovasi maupun diversifikasi produk logam.
“Inovasi maupun diversifikasi sangat diperlukan untuk tetap mampu bersaing di pasar. Selain itu juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, khususnya saat ini di masa pandemi Covid-19. Kita tahu sebagian besar sektor perekonomian khususnya industri terhenti dan mengalami dampak kerugian cukup besar, sehingga banyak industri yang harus melakukan diversifikasi produk untuk turut menanggulangi penyebaran virus sekaligus untuk tetap eksis di pasar,” tegas Endang.
IKM khususnya skala kecil, dapat dikatakan kesulitan dalam melakukan penelitian dan pengembangan produk dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pendanaan. Oleh karena itu UPT Logam diharapkan mampu menjembatani hal tersebut, agar IKM tetap memiliki kemampuan bersaing.
“Saya mengajak seluruh pihak yang terlibat untuk turut mematuhi protokol kesehatan dan menjaga kebersihan demi mengakhiri panemi Covid-19, serta menyukseskan produksi IKM dalam negeri guna mendukung kemajuan perekonomian nasional. Mari kita bersama-sama mendukung kemandirian industri nasional,” tambah Endang. (SM)