Pahlawan
Oleh: Sri Wahyaningsih
SETIAP tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan tersebut didedikasikan untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan Replublik Indonesia. Pada 10 November 1945 adalah puncak perjuangan rakyat/arek-arek Surabaya pimpinan Bung Tomo, melawan pasukan Inggris/sekutu dan dimenangkan oleh pasukan rakyat Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia yang baru beberapa bulan diperoleh, dapat dipertahankan dengan pertumpahan darah. Tidak kurang dari 20.000 jiwa tewas dalam pertempuran tersebut. Oleh karena itu Presiden Soekarno pada tahun 1946 menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Peringatan Hari Pahlawan semoga tidak terjebak dalam ritual belaka. Anak-anak membutuhkan pendampingan untuk memahami sejarah perjuangan bangsanya. Sebagai orang tua, guru mempunyai kewajiban menanamkan nilai-nilai kepahlawan kepada anak-anak kita. Jangan sampai generasi sekarang melupakan sejarah perjuangan bangsanya. Belajar sejarah selain untuk menghormati para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga dapat digunakan untuk merancang masa depan yang lebih baik, kehidupan yang tertib damai. Menghargai sesama dan alam semesta sebagai satu kesatuan yang harmonis.
Memahami Pahlawan mengingatkan kita pada sosok pribadi yang mempunyai:
1. Keberanian
2. Rela berkorban
3. Ikhlas tanpa pamrih
4. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
5. Memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kedamaian
6. Pantang mundur
7. Berjiwa besar
Bagaimana nilai-nilai tersebut dapat kita tanamkan kepada anak-anak di tengah carut marutnya kehidupan bangsa kita saat ini? Korupsi terjadi di mana-mana. Politik uang merebak di setiap pemilihan pemimpin bangsa mulai dari tingkat desa hingga pimpinan tertinggi bahkan pemilihan wakil rakyat. Para pemimpin banyak yang terjebak pada kepentingan pribadi atau golongan. Kesenjangan sosial makin menganga. Sulit mencari figur pemimpin yang berpihak kepada rakyat, menjunjung tinggi kepentingan bersama, mewujudkan keadilan demi mencapai kesejahteraan dan perdamaian bersama.
Sebaliknya, banyak contoh pemimpin yang hidup mewah di tengah-tengah penderitaan rakyat. Para isteri pejabat yang dengan bangga memamerkan kemewahan, mulai dari busana, tas, asesoris, makanan, liburan dan gaya hidup lainnya. Bahkan sampai kepada anak-anaknya yang banyak memanfaatkan kedudukan dan kekayaan orang tuanya. Hidup berfoya-foya dengan tidak bertanggung jawab. Hidup glamor dan keji memperlakukan sesama. Perlakuan penegak hukum yang tidak adil, lebih condong pada yang mempunyai banyak uang. Keadilan bisa dibeli dengan uang.
Praktek hidup yang demikian tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai kepahlawanan. Orang tua dan para pendidik mempunyai tantangan yang berat dalam menanamkan nilai-nilai tersebut. Namun demikian kita harus memiliki kesadaran untuk mengupayakannya. Sendiri saja tentunya mustahil, hal ini harus kita lakukan bersama-sama sebagai sebuah gerakan. Gerakan untuk sadar menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Saling peduli satu sama lain, hidup sederhana supaya tidak terjebak dalam pemborosan dan mengambil hak orang lain. Menghargai sesama, bekerja keras untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Menjadi pahlawan tidak harus melakukan hal yang besar. Menjadi pahlawan dapat dimulai dari lingkungan terkecil kita dalam keluarga. Bagaimana di dalam keluarga dapat hidup saling mengasihi, saling peduli, saling menolong satu sama lain, saling menghargai, saling menghormati, tidak meremehkan satu sama lain dan bekerja sama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Demikian juga dengan tetangga, masyarakat dan pada akhirnya kepada manusia di seluruh dunia, mengembangkan pola hidup tertib damai. Memelihara bumi sebagai rumah bersama. Menjaga kelestariannya, bukan mengeksploatasi untuk kepentingan sendiri atau sekelompok kecil manusia saja.
Latihan-latihan kecil perlu dibiasakan seperti memilah sampah sesuai kriteria, pilah-pilih-olah. Budaya antri, tidak membuang makanan dengan sia-sia. Makan secukupnya. Menerapkan hidup sederhana. Tidak melakukan pemborosan. Menjaga kelestarian bumi.
Menjadi pahlawan, berarti mau berkorban demi kepentingan banyak orang, ikhlas dalam berkarya, berani memperjuangkan kebenaran, berlaku jujur, peka terhadap lingkungan, memiliki dedikasi yang tinggi untuk menciptakan kehidupan yang tertib damai. Memiliki hati yang memuliakan kehidupan bersama. Berlatih melalui hal-hal kecil dalam kehidupan sehari hari baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan lingkungan yang lebih luas.
Di sekolah dilatih untuk saling peduli satu sama lain, jujur dalam tindakan, berlaku tertib, bekerja sama dalam mewujudkan pembelajaran yang kondusif, saling menghargai kemampuan masing-masing, tidak mengembangkan persaingan dan memberi ruang merdeka, sehingga setiap anak dapat mengoptimalkan potensinya. Setiap anak berkesempatan menjadi juara atas dirinya.
Selamat memperingati Hari Pahlawan dengan sepenuh hati, dan tekad untuk melakukan hal baik demi keadilan dan kedamaian semesta. *
Sri Wahyaningsih
Pendiri Sanggar Anak Alam Yogyakarta.