Pagelaran #SelasaSastra, 10 Jam Sastrawan Tampil Memukau

Pagelaran #SelasaSastra, 10 Jam Sastrawan Tampil Memukau
Diskusi dalam peluncuran novel karya Hanif TT. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dalam rangka 10 Tahun #SelasaSastra digelar pertunjukan sastra selama 10 jam pada Kamis (1/2/2024). Sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, para sastrawan beraksi panggung di Pendopo Manggala Parasamya Kompleks Pemda II Manding.

Dalam acara ini belasan sastrawan tampil secara memukau. Ada yang membaca puisi, cerita pendek (cerpen), happening art, pembacaan penggalan novel, musikalisasi puisi, mendongeng, geguritan, cerita cekak (cerkak) bahasa Jawa dan peluncuran novel “Sintesis” karya Hanif TT, seorang santri dari Ponpes Al Imdad Pajangan Bantul yang hobi menulis. Ini adalah karya novel kelimanya.

“Ada beberapa point penting dari acara 10 jam live streaming ini,” kata Ketua Panitia, Tedy Kusyairi alias Tedy Way yang juga pengisi acara.

Diantaranya sebagai ungkapan syukur, telah berproses karya sastra selama 10 tahun terakhir membangun apresian sastra bersama jejering anak muda di Yogyakarta dan sekitarnya. Lalu perwujudan syukur Tedi Kusyairi karena tahun lalu mendapatkan penghargaan seniman/budayawan dari Pemerintah Kabupaten Bantul. Serta merupakan kegiatan launching pembukaan agenda sastra Sambang Komunitas Sastra tahun 2024.

“Harapan ke depan, #Selasasatra bisa lebih meningkatkan apresian sastra baik secara kualitas dan kuantitas, makin banyak jejaring komunitas apresian sastra dari kalangan anak muda, dan kemudian bisa meningkatkan nilai sastra, baik dalam hal konten materi maupun hasil ekonomikal. Sehingga sastra yang mengolah rasa humanisme bisa berimbas pada kehidupan manusia,” katanya.

Dalam sejarahnya, gerakan literasi #SelasaSastra lahir pada 1 Februari 2014. Berawal dari obrolan di angkringan pinggir jalan oleh sekumpulan anak muda yang suka membaca karya sastra. Kemudian hadir Satmoko Budi Santosa salah seorang sastrawan yang tinggal di Bantul, yang memberikan pemantik untuk berkegiatan. Berbekal dari buku “Rahim Titipan” karya Satmoko, Tedi Kusyairi menggalang teman-teman pecinta sastra untuk tampil pentas membacakan karya sastra masing-masing di Bejen Bantul dalam bingkai launching buku.

Usai itu, kegiatan berlanjut dari desa ke desa, kampung-kampung, sekolah, kafe-kafe dan seterusnya diunduh kegiatan sastranya. Berjalan hingga sekarang, awal mulanya benar-benar dilaksanakan pada hari Selasa. Namun kini sudah menjadi gerakan literasi sastra, sehingga tidak lagi harus Selasa. Kegiatan ini juga tidak hanya di Bantul, kadang pelaksanaannya juga pagi hari. (*)