Olahan Ikan Kaleng, Dari Bantul Terbang ke Eropa dan Amerika
merek yang diberi nama “Dapur Bunda Nuryana” mulai tahun 2025 ini sudah mampu tembus ke pasar ekspor hingga 10 negara. Di antaranya ke negara Hongkong, Perancis, Australia, Singapura hingga Amerika
KORANBERNAS.ID, BANTUL--Melimpahnya hasil laut di Pantai Selatan Bantul menjadi inspirasi bagi seorang pengusaha kuliner Sri Nuryana untuk melakukan inovasi pengolahan ikan dikemas kalengan sejak 4 tahun silam.
Berkat kegigihan dalam membangun usahanya tersebut, merek yang diberi nama “Dapur Bunda Nuryana” mulai tahun 2025 ini sudah mampu tembus ke pasar ekspor hingga 10 negara. Di antaranya ke negara Hongkong, Perancis, Australia, Singapura hingga Amerika.
“Kalau mengolah makanan sejak 20 tahun silam dan memakai merek ini sejak 4 tahun. Kami sudah mengurus segala perizinan termasuk sertifikat halal MUI. Tahun 2025, alhamdulillah kami sudah ekspor,”kata Nuryana di sampingi Joko Suwanto, Direktur Pengembangan Usaha dan Pemasaran Unit Pengolahan Ikan (UPI) Mina Bahari 45 Pantai Depok kepada wartawan, dalam acara Dinamika Pembangunan gelaran Dinas Kominfo Bantul, Selasa (10/6/2025) di tempat usahanya.
Tentu saja, dalam pengembangan usahanya Nuryana yang dibantu 20 karyawan tersebut selalu menjaga kualitas. Termasuk higienitas olahan makanan dan tempat untuk produksi, yang merupakan hasil kerjasama dengan UPI Mina Bahari 45 Pantai Depok.
UPI ini merupakan factory sharing dari sekitar 30 UMKM pangan sepanjang Pantai Depok dan merupakan binaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY yang saat ini telah memiliki izin BPOM, serta sertifikat jaminan mutu dan keamanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI
“Di antaranya prosedur yang kami lakukan saat akan memasuki ruang produksi adalah semua karyawan harus mencuci tangan secara bersih dan menggunakan APD,” kata Nuryana.
Kemudian barulah mereka mengolah dan memasak ikan hingga matang, lalu dilanjutkan proses pengalengan. Sebelum digunakan, kaleng disterilkan. Setelah ikan dikemas kaleng dilakukan tahap pendinginan dan dikarantina selama dua minggu sebelum pelabelan dan siap dipasarkan. Produknya bisa awet hingga 1 tahun dalam suhu ruangan.
Nuryana memiliki 100 izin olahan ikan dan 20 olahan lainya termasuk ayam. Diantaranya olahannya adalah ikan judes, ikan barakuda, ikan teri petai, mangut iwak manyung, mangut lele, cakalang balado, tongseng jamur ikan asam dan lainnya.
Selain ekspor, ikan kalengan juga bisa menjadi oleh-oleh wisatawan mengingat outlet ini juga berada di kawasan wisata Pantai Depok.
“Kenapa kita buka pusat oleh-oleh dan ada olahan ikan? Karena DIY, khususnya Bantul kaya akan potensi ikan lautnya dan kemudian kita olah dalam rangka meningkatkan kualitas dan juga kesejahteraan nelayan ataupun pelaku UMKM,” kata Nuryana yang juga Ketua UMKM Unggul Reborn DIY tersebut.
Tidak hanya soal olahan saja, namun pengunjung juga bisa belajar tentang industri pengalengan, membeli batik, craft, kerajinan perak, sewa baju Jawa, make up, foto JJLS, sewa sepeda dan membeli oleh-oleh produk UMKM DIY.
“Saya jelaskan bahwa yang ikut penjualan produk di sini adalah dari komunitas UMKM Unggul Reborn. Disebut Reborn artinya memang kita saat Covid pernah terpuruk. UMKM itu tidak bisa melakukan produk dan penjualan. Mulai tahun 2021 kita membentuk UMKM Unggul Reborn dan kami terus bergerak memasarkan produk-produk UMKM di DIY termasuk Bantul. Harapannya semakin maju, berkembang dan meningkat ekonominya,” kata Nuryana yang memiliki latar belakang kesehatan tersebut.
“Dengan bekal ilmu kesehatan yang saya miliki, maka dalam semua tahapan pengolahan ikan, segi kesehatan sangat saya perhatikan termasuk semua produk bebas pengawet. Bisnis kuliner memang menjadi passion saya sejak kuliah dan saya juga telah mengikuti pelatihan kuliner dan bersertifikat termasuk untuk plating (penyajian-red) makanan,” imbuhnya.
Sementara Joko menambahkan jika dalam sehari mereka mampu memproduksi hingga 1000 ikan kemasan kaleng. (*)