Nasib Bank Sampah Memprihatinkan

Nasib Bank Sampah Memprihatinkan

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Langkah Pemerintah Kabupaten Klaten membangun bank sampah rintisan di sejumlah lokasi pada tahun 2010 layak diapresiasi. Melalui bank sampah inilah, diharapkan berbagai persoalan terkait sampah, bisa diselesaikan di masing-masing desa oleh masyarakat setempat.

Namun dalam perjalanannya, keberadaan bank sampah tersebut memprihatinkan karena berbagai hal. Akibatnya, bangunan bank sampah tidak terawat dan aktivitasnya mati total. Sungguh sangat disayangkan karena anggaran untuk membangun gedung bank sampah berikut pengadaan alat tidaklah sedikit.

Padahal bank sampah rintisan saat itu dibangun di 10 lokasi. Kelompok masyarakat (KSM) sebagai pengurus, bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengolah sampah rumah tangga. Sampah organik bisa didaur ulang untuk pupuk organik dan sampah non organik bisa dipilah untuk dijual dan mendatangkan nilai ekonomis. Selain bangunan bank sampah, peralatan yang ada di masing-masing bank sampah meliputi kendaraan operasional roda tiga, mesin cacah dan mesin ayak.

Seperti yang terjadi pada bank sampah Desa Mayungan Kecamatan Ngawen dan bank sampah Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan. Informasi yang dihimpun dari warga sekitar, aktivitas di gedung bank sampah tersebut sudah lama tutup. Dan sebagian peralatan juga tidak diketahui keberadaannya.

“Sudah lama tutup pak. Bangunan dan atapnya sudah rusak dan sepeda motor roda tiga yang dulu ada di sini juga tidak tahu di mana,” kata warga di lokasi bank sampah Desa Mayungan, Rabu (6/1/2021). Warga menambahkan, bank sampah Desa Mayungan sudah menerima 2 unit sepeda motor roda tiga warna merah dan biru.

Pemandangan serupa terjadi di bank sampah Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan. Di bank sampah yang terletak di samping SMK PGRI Pedan itu, tidak ada aktivitas warga. Bahkan kondisi bangunan juga tidak terawat dan memprihatinkan.

Kepala Desa Tambakboyo Untung Pranata saat dikonfirmasi mengaku tidak tahu perihal bank sampah, karena saat itu belum menjabat kepala desa.

“Waduh pak. Mohon maaf saya tidak tahu. Itu zamannya kades lama. Atau Monggo ditanyakan pengurusnya,” katanya.

Selain di 2 bank sampah tersebut, nasib menyediahkan juga terjadi pada bank sampah Desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari dan bank sampah Desa Sabrang Kecamatan Delanggu. Selain kondisi bangunan yang tidak terawat dan sudah ada yang rusak, aktivitas warga di tempat itu sudah lama tutup.

Permasalahan sampah di Kabupaten Klaten sempat menjadi masalah serius. Terutama pasca penutupan TPA Jomboran Kecamatan Klaten Tengah dan TPS Jojo Prambanan beberapa tahun lalu. Sebagai alternatif tempat pembuangan sampah kala itu, Pemkab Klaten melalui Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM menyewa tanah kas milik Desa Candirejo Kecamatan Ngawen.

Perjanjian sewa menyewa lahan juga hanya berlangsung 2 tahun. Beruntung saat perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Desa Candirejo berakhir, TPS Troketon Kecamatan Pedan yang dibangun Pemkab Klaten sudah selesai dan bisa difungsikan. Hanya saja, 10 unit bank sampah rintisan yang dibangun menjadi tidak terawat dan memprihatinkan karena sudah mulai rusak.

Sepuluh unit bank sampah rintisan yang dibangun sepuluh tahun lalu, di antaranya bank sampah Desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari, bank sampah Desa Sabrang Kecamatan Delanggu, bank sampah Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan, bank sampah Desa Mayungan Kecamatan Ngawen, bank sampah Desa Pakisan Kecamatan Cawas dan bank sampah Tanjungsari Kecamatan Manisrenggo. (*)

 

nas.id)