Mutasi Rajalele Klaten, Padi Gamagora UGM Ditanam di Ngawi

Padi ini juga tahan terhadap serangan hama wereng batang cokelat biotipe 2.

Mutasi Rajalele Klaten, Padi Gamagora UGM Ditanam di Ngawi
Gemin Sini, petani yang mendedikasikan 1,5 hektar lahannya untuk penanaman padi Gamagora di Desa Guyung Kecamatan Gerih Ngawi Jawa Timur. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, NGAWI -- Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) menorehkan langkah signifikan dengan mengembangkan varietas padi terbaru, Gamagora 7.

Varietas ini merupakan padi inbrida unggul dengan kode G7 dan nama lengkap Gamagora 7 (Gadjah Mada Gogo Rancah 7), berasal dari mutasi Rajalele Klaten golongan Indica.

Padi Gamagora 7 secara resmi dilepas ke publik setelah memperoleh surat keputusan (SK) pelepasan varietas dari Menteri Pertanian RI pada 28 Maret 2023.

Kepala Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM, Dr Taryono, mengungkapkan kegembiraannya atas hasil yang menjanjikan dari padi Gamagora 7 yang saat ini telah mencapai usia 55 hari di Desa Guyung Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Menurut Taryono, keunggulan utama padi ini adalah produktivitas tinggi, ketahanan terhadap hama wereng dan penyakit, serta kemampuan adaptasi baik di lahan sawah maupun lahan tadah hujan.

ARTIKEL LAINNYA: RTLH Menjadi Program Unggulan Forum CSR Kabupaten Klaten

"Padi Gamagora 7 memiliki potensi produksi mencapai 10 ton per hektar, sedangkan rata-rata hasil kurang lebih 8 ton per hektare," terangnya kepada wartawan Rabu (1/11/2023).

"Padi ini juga tahan terhadap serangan hama wereng batang cokelat biotipe 2, penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073 dan ras 133, serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan," tambahnya.

Peluncuran Gamagora 7 pada Maret 2023 menandai penanaman pertama di beberapa provinsi termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur (khususnya di Ngawi), NTB dan DIY.

UGM bekerja sama dengan pemerintah daerah provinsi Jawa Tengah dan swasta Agri Sparta di Jawa Timur, sementara penanganan di DIY dilakukan secara internal. Rencana kerja sama juga sedang disusun dengan pemerintah Provinsi Bali dan NTB.

"Saat ini benih Gamagora 7 tersedia dalam label putih. Rencananya, benih Gamagora 7 akan tersedia dalam label ungu setelah penanaman pada bulan September. Namun, agak terganggu akibat fenomena El Nino telah menyulitkan penanaman dalam skala luas di DIY," ujarnya.

ARTIKEL LAINNYA: Demi Kesejahteraan Masyarakat, DPRD DIY Sepakat Aset Pemda Dikelola Pengusaha Lokal

Taryono berharap pada masa tanam kedua benih Gamagora 7 sudah bisa tersedia di pasaran. Dengan pertumbuhan serempak, harapannya umur tanaman tidak terlalu panjang tetapi produktivitasnya tetap tinggi.

Hasil demplot di Jawa Tengah menunjukkan capaian di atas 10 ton gabah kering panen per hektar, bahkan ada yang mencapai 11 ton per hektar.

Menurut petani Gemin Sini (55), keunggulan padi Gamagora terletak pada pertumbuhannya yang cepat dan kemudahan dalam perawatannya.

"Saya sudah menanam Gamagora di lahan saya seluas 1,5 hektar. Hasilnya sangat bagus, lebih baik dari varietas IR 32," ujar Gemin.

Inovasi padi Gamagora 7 ini menjanjikan solusi yang berpotensi memajukan sektor pertanian, memberikan harapan untuk peningkatan produksi padi, dan menjadi kontribusi berarti dalam upaya menjaga kedaulatan pangan di Indonesia. (*)