Meski Sudah Diguyur Hujan Petani di Klaten Tetap Sedot Air

Satu jam menyedot air butuh satu liter BBM. Setengah hari antara empat sampai lima liter.

Meski Sudah Diguyur Hujan Petani di Klaten Tetap Sedot Air
Siman, petani di Desa Sabrang Lor Klaten mengaliri sawah miliknya. (masal gurusinga/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Hujan deras yang mengguyur wilayah Klaten beberapa waktu lalu belum sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhan irigasi petani di Desa Sabrang Lor Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten.

Untuk menyelamatkan tanaman padi yang baru ditanam, sejumlah petani masih tetap menyedot air dari sumur patok yang ada di sawah.

Padahal untuk menyedot air menggunakan mesin pompa air dibutuhkan bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sedikit.

Siman, petani yang tinggal di Dukuh Mayong Desa Sabrang Lor saat ditemui di areal persawahan miliknya, Selasa (19/12/2023) siang, menceritakan untuk menyedot air di lahan seluas satu patok atau lebih dari 2.000 meter persegi butuh BBM 10 liter hingga 11 liter.

"Satu jam menyedot air butuh satu liter BBM. Setengah hari antara empat sampai lima liter. Padahal, saya mulai menyedot air jam enam pagi sampai selesai," kata Siman.

ARTIKEL LAINNYA: Petani Harus Memompa Air untuk Menyelamatkan Tanaman Padi

Diakui, jika tidak menyedot air maka tanaman padi miliknya yang berumur 17 hari itu terancam kekeringan karena kurang air. Untuk menyelamatkannya harus menyedot air dari sumur patok.

Di lokasi, akibat kurangnya air lahan persawahan milik petani itu sudah tampak retak-retak. Padahal, sejak ditanam hingga saat ini sudah pernah diguyur hujan deras sebanyak dua kali.

Senada dikemukakan Agus, petani lainnya. Kepada koranbernas.id dia mengatakan cuaca sekarang ini beda dengan tahun lalu.

Tahun lalu, kata dia, bulan November-Desember sudah musim hujan namun sekarang meski sudah pernah hujan dua kali namun kemaraunya masih terasa.

"Beruntung ada sumur patok di sawah. Ketika tanaman butuh air, tinggal sedot dengan pompa air," ujar Agus. (*)