Petani Harus Memompa Air untuk Menyelamatkan Tanaman Padi

Sudah sepuluh hari di sini tidak turun hujan.

Petani Harus Memompa Air untuk Menyelamatkan Tanaman Padi
Petani persawahan tadah hujan, Susilo, warga Gebangsari Kecamatan Klirong Kebumen, memompa air. (nanang w hartono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN – Sejumlah petani persawahan tadah hujan di Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen, harus memompa air bawah tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman padi.

"Sudah sepuluh hari di sini tidak turun hujan," kata Susilo, petani warga desa Gebangsari Kecamatan Klirong Kebumen, kepada koranbernas.id, Selasa (19/12/2023).

Petani di daerah ini sudah membuat semacam sumur yang digunakan untuk keperluan pertanian padi dan palawija. Permukaan air bawah tanah beberapa meter kedalamanya sehingga air harus dipompa.

Susilo mengungkapkan, untuk mengaliri sawah dengan pompa air setidaknya membutuhkan pertalite lima liter. "Jika tidak ada hujan, seminggu sekali mompa air," kata Susilo yang menggarap sawah tadah hujan kurang dari satu hektar itu.

ARTIKEL LAINNYA: Ribuan Crosser Bersaing Taklukkan Medan Terjal Perbukitan Menoreh

Biaya produksi tanaman padi di persawahan tadah hujan lebih besar dibandingkan sawah berpengairan teknis. Petani membutuhkan bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesin.

Mereka berharap musim penghujan kali ini turun secara teratur sehingga petani tidak menggunakan pompa untuk mengaliri sawahnya. (*)