Mencari Cara Asyik Belajar Matematika
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sebanyak 10 finalis dari berbagai SMA di Indonesia mempersentasikan temuan mereka dalam kegiatan Olimpiade Nasional Kreatifitas dan Inovasi Pendidikan (ONKIP) III di Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Jalan Wates KM 10, Sedayu Bantul, Sabtu (21/12/2019). Kegiatan digelar oleh Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Prodi Matematika.
Ketua panitia, Muhammad Irfan, mengatakan ONKIP digelar setiap tahun, dan sekarang adalah tahun ke-3. “Kami setiap tahun memang mengambil 10 finalis dalam ONKIP yang kemudian dipresentasikan di sini, di depan dewan juri,” kata Irfan.
Tahun ini ada 32 karya inovasi yang dikirimkan dari 32 SMA se-tanah air. Setelah dilakukan seleksi, terpilih 10 karya, baik dari siswa di DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Jawa Timur dan wilayah lain. Karya yang dipilih adalah karya kreatif, temuan yang menjadikan pembelajaran matematika menjadi asyik dan menyenangkan. Sebab, menurut Irfan, matematika masih menjadi pelajaran menakutkan bagi siswa. Buka hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri.
Sementara Kepala Prodi matematika UMBY, Nanang Khuzaini, mengatakan untuk bisa menciptakan pembelajaran matematika yang mengasyikan, menyenangkan dan mudah diserap ilmunya, perlu dilakukan inovasi pembelajaran. Termasuk bagaimana guru memberi pelajaran dengan cara yang tidak menegangkan atau kaku.
“Jadi pembelajaran terasa menyenangkan. Siswa tidak takut lagi. Tidak kaku, namun asyik mempelajari matematika, bahkan minat bisa meningkat,” katanya.
Hasil penelitian siswa dalam ONKIP tersebut, lanjut Nanang, akan diolah lagi menjadi sebuah metode pembelajaran yang kemudian akan ditranferkan ilmunya ke sekolah-sekolah. “Dari dua tahun pelaksanaan ONKIP, inovasi dari siswa kemudian kita olah dan kita sampaikan ke sekolah-sekolah. Untuk sementara baru di DIY. Terbukti, dengan inovasi menunjukan serapan ilmu ke siswa juga meningkat berdasar penelitian yang kami lakukan,” katanya.
Minat terhadap pembelajaran matematika juga turut meningkat karena matematika tidak lagi digambarkan dengan 2 dimensi, tetapi juga sudah dibuat dengan 3 dimensi, pembuatan multimedia, membuat permainan dan metode lain yang menyenangkan.
Harry Christian, salah satu peserta dari SMAN 2 Medan, mengatakan matematika bukan pelajaran yang menakutkan. Namun cara guru mengajar juga berpengaruh terhadap siswa. “Jadi inovasi dan cara mengajar yang menyenangkan itu diperlukan,” kata Harry yang memaparkan inovasinya bejudul “Penguatan dan Pemaparan Pembelajaran Matematika Menghadapi era 4.0”.
Dia bersama tim menciptakan aplikasi trigonometri yang bisa diunduh melalui smartphone sehingga memudahkan pembelajaran karena juga dilengkapi dengan contoh soal dan cara pengerjaan.
Sementara peserta dari Bengkulu menampilkan etnomatematika dalam kain Besurek yang memiliki konsep transformasi geometri yaitu tranlasi, rotasi, dilatasi dan refleksi. Hal itu juga membuktikan bahwa lini kehidupan berkaitan dengan matematika sebagai ilmu pasti. (eru)