Memperingati HUT ke-101, RS Mata Dr Yap Gelar Operasi Gratis

Sebanyak 100 orang pasien diperiksa oleh dokter-dokter spesialis mata RS Mata Dr YAP dan PERDAMI Cabang DIY.

Memperingati HUT ke-101, RS Mata Dr Yap Gelar Operasi Gratis
Bakti sosial operasi katarak, glaukoma dan pterygium di RS Mata Dr Yap Yogyakarta, Minggu (26/5/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-101 yang jatuh pada tanggal 29 Mei, Rumah Sakit (RS) Mata Dr YAP menggelar bakti sosial, Minggu (26/5/2024). Rumah sakit di Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta itu menyediakan 60 paket operasi mata gratis meliputi 40 operasi katarak, 5 operasi glaukoma dan 15 operasi pterygium.

“Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan pihak-pihak yang telah bersinergi mensukseskan bakti sosial bertajuk Pemeriksaan dan Operasi Mata Gratis: Envisioning Inspiring the Future,” ungkap dr Alida Lienawati M Kes FISQua, Direktur Utama RS Mata Dr YAP, saat seremonial pembukaan acara tersebut.

Dia berharap kegiatan itu bermanfaat bagi para peserta sehingga setelah operasi mata mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih cerah. Sebanyak 100 orang pasien terlebih dahulu diperiksa (screening) oleh dokter-dokter spesialis mata RS Mata Dr YAP dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Cabang DIY.

Pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan membutuhkan tindakan operasi langsung ditindaklanjuti pada hari itu juga. Operasi dilaksanakan secara simultan di Ruang Operasi RS Mata Dr YAP sesuai jadwal dokter operator/pelaksana. Pasien diwajibkan kembali ke RS mata Dr YAP pada H+1 dan H+7 untuk menjalani kontrol.

Pemberian kenang-kenangan secara simbolis dari kepada peserta operasi Bakti Sosial Pemeriksaan dan Operasi Mata di RS Mata Dr Yap Yogyakarta, Minggu (26/5/2024). (sholihul hadi/koranbernas.id)

Tampak hadir pada acara kali ini Ketua Umum Yayasan Dr Yap Prawirohusodo GBPH H Prabukusumo S Psi, Ketua Pembina Yayasan KPH H Indrokusumo, Direktur Pelayanan, Pendidikan dan SDM dr Erin Arsianti SpM MSc MPH, Direktur Keuangan, Sistem Informasi dan Umum Haryadi SE Akt M Ak AAAIJ CRBD serta Ketua Panitia HUT ke-101 RS Mata Dr YAP dr Briliana Nur Rohima Sp PK M Sc.

Menurut Alida, peringatan HUT merupakan sarana instropeksi diri apa yang telah dilaksanakan untuk masyarakat mengingat sejarah rumah sakit itu didirikan dengan semangat jiwa sosial tanpa memandang suku, agama dan ras. “InsyaAllah jiwa sosial ini terus kita pelihara. Kita terus menjalin hubungan yang harmonis dengan mitra,” kata dia.

Tercatat tahun ini rumah sakit tersebut sudah tiga kali menyelenggarakan baksos. Indrokusumo berharap semoga ada pihak yang merasa peduli untuk mengadakan baksos serupa. “Rumah Sakit Mata Dr YAP berupaya hadir di tengah masyarakat serta ingin menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan pelayanan kesehatan mata,” ujarnya.

Disebutkan, kegiatan ini digalang dengan tujuan menurunkan angka kebutaan di Indonesia, terutama kebutaan yang dapat dicegah. Tahun ini, RS Mata Dr YAP menghimpun 100 pasien pra-sejahtera (tidak memiliki BPJS dan jaminan kesehatan lainnya serta menyertakan surat keterangan tidak mampu) untuk diperiksa.

Tamu undangan dan mitra foto bersama jajaran RS Mata Dr Yap Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Lebih lanjut dokter Alida menyampaikan kebutaan dan gangguan tajam penglihatan adalah masalah kesehatan mata global. Di seluruh dunia, sejumlah 37 juta jiwa mengalami kebutaan. Total 161 juta orang mengalami gangguan tajam penglihatan. Sepertiganya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

“Berangkat dari fenomena tersebut, pemeriksaan dan deteksi dini menjadi kunci, agar permasalahan pada mata dapat diketahui dengan segera dan ditangani seawal mungkin,” jelasnya.

Menurut dia, pemeriksaan dan deteksi dini gangguan mata telah menjadi perhatian dunia termasuk RS Mata Dr YAP. Faktanya tidak semua orang memiliki akses dan kesempatan yang sama. Masih banyak penderita gangguan tajam penglihatan dan berisiko buta tidak mendapat akses ke pelayanan kesehatan mata yang layak.

Saat ini katarak adalah penyebab kebutaan nomor satu di dunia termasuk di Indonesia. Katarak adalah terjadinya perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Kekeruhan itulah yang menyebabkan cahaya menjadi sulit masuk mencapai retina.

Penderita katarak tidak dapat melihat dengan jelas alias kabur seperti melihat kaca yang berembun atau sedang berada di tempat berkabut. Mata lebih mudah silau jika terkena cahaya, penglihatan ganda saat mengemudi di malam hari, perlu cahaya terang yang ekstra untuk membaca dan lensa mata (manik mata) berubah buram atau putih seperti susu.

Pencuri penglihatan

Sedangkan glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di dunia setelah katarak. Glaukoma merupakan kelompok penyakit saraf mata kronis dan progresif yang disebabkan peningkatan tekanan bola mata sebagai salah satu faktor risiko utamanya. Glaukoma dapat mengenai satu atau dua mata sekaligus serta dapat terjadi di segala usia, baik laki-laki maupun perempuan.

Glaukoma sering disebut pencuri penglihatan. Glaukoma berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Penderitanya sering tidak menyadari penyakit ini sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Oleh sebab itu, deteksi, diagnosa dan penanganan kasus glaukoma harus dilakukan sedini mungkin.

Adapun Pterygium merupakan pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang berbentuk selaput tipis pada bagian putih mata atau konjungtiva. Pertumbuhannya dapat mengalami pembesaran atau perluasan hingga kornea mata. Kasus pterygium banyak dijumpai di daerah tropis seperti Indonesia. Orang dengan aktivitas di luar ruangan dan terpapar sinar matahari langsung berisiko lebih besar terkena pterygium.

Selain itu, paparan sinar matahari, debu, pasir, partikel-partikel yang terbawa angin, mata kering, infeksi mikroba atau virus juga merupakan faktor-faktor risiko pterygium. Penderita pterygium umumnya akan merasakan kering pada mata. Ada pula gejala seperti rasa mengganjal, mata merah maupun penglihatan dan gerak bola mata yang terganggu. (*)