Mediasi Kembali Gagal, Kerugian Arisan Hoki Capai Rp 866 Juta

Mediasi Kembali Gagal, Kerugian Arisan Hoki Capai Rp 866 Juta

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Untuk ketiga kalinya sidang mediasi kasus macetnya arisan Hoki digelar, Selasa (29/6/2021) siang, di Pengadilan Negeri (PN) Bantul. Jadwal sidang dengan pokok perkara Nomor : 51/PDTG/2021 tersebut semestinya dimulai pukul 09:00 WIB.

Namun ditunggu lebih dari tiga jam, tergugat I yakni GP (32 tahun) selaku owner arisan dan tergugat II Datin Wisnu Pranyoto, anggota DPRD Bantul, yang juga suami GP tidak tampak batang hidungnya di pengadilan. Termasuk kuasa hukumnya, Tatak Swasaha SH, yang pekan lalu hadir dalam mediasi kedua, juga tidak menampakkan batang hidungnya.

Sementara penggugat yang terdiri dari 17 orang peserta arisan Hoki didampingi kuasa hukumnya Marhendra Handoko SH sudah hadir sesuai jadwal yang ditentukan.

"Jika pekan lalu, tergugat, menurut kuasa hukumnya, positif Covid sehingga tidak hadir,untuk sidang mediasi, kali ini tanpa keterangan alias mangkir," kata Marhendra.

Hakim yang memimpin mediasi di PN Bantul pun memutuskan sidang ditunda pekan depan. "Saya memberi apresiasi kepada hakim mediasi yang memaksimalkan waktu. Sesuai UU maksimal mediasi adalah 30 hari sejak mediasi pertama atau pada pertengahan Juli mendatang," ujarnya.

Dirinya meminta kepada tergugat agar hadir dalam sidang mediasi pekan depan guna memastikan penyelesaian kasus tersebut. Pihaknya, lanjut Marhendra, dalam sidang mediasi kali ini membawa rekapitulasi atau perhitungan kerugian yang diderita peserta.

Total kerugian berdasarkan hitungan Rp 866 juta. Dan, keuntungan penyelenggara atau admin mencapai Rp 600 juta. Rekapitulasi ini disiapkan sesuai permintaan kuasa hukum tergugat pada sidang mediasi sebelumnya.

"Ketika lagi-lagi mereka tidak hadir, maka perkara ini belum ada titik terang penyelesaian. Pun kami meminta kepada kuasa hukum untuk bisa menunjukan hasil tes PCR kaitan kondisi kliennya yang dikatakan positif Covid-19. Kami meminta sejak sepekan lalu, hingga saat ini belum mendapatkan," tambahnya.

Lelah mediasi

Lumintu, salah satu peserta arisan, mengaku sangat lelah dengan sidang mediasi yang berkali-kali ditunda. "Tolonglah kepada tergugat untuk hadir di persidangan. Mari masalah ini diselesaikan,"kata pedagang sayur di Nitipuran, Ngestiharjo, Kasihan tersebut.

Dirinya mengaku demi bisa menghadiri mediasi, ia sampai tidak berjualan. Begitu pun pekan lalu Lumintu juga tidak berjualan.

"Maka saya minta kebijakan kepada tergugat untuk menyelesaikan persoalan agar jelas mau seperti apa," kata Lumintu yang mengaku mengalami kerugian hingga Rp 20 juta.

Seperti diberitakan sebelumnya , juru bicara peserta arisan, Maria Yosefa Ayu mengatakan, jika arisan Hoki dimulai April 2020. Teknis penawaran arisan dilakukan GP kepada peserta, awalnya antar-peserta tidak saling mengenal. GP menawarkan baik secara langsung ke personal yang dia kenal maupun melalui media sosial.

Peserta arisan pun bukan hanya di DIY, namun juga Jawa Tengah (Jateng), Jakarta bahkan ada yang dari Sumatera. Setelah mendapat member, GP kemudian membuat banyak room (grup) dengan nilai berbeda, di mana dalam arisan Hoki dikenal dengan nama Get, yakni uang yang harus diserahkan kepada peserta arisan oleh GP (putus arisan, red).

Nilai Get bervariasi mulai Rp 1 juta hingga Rp 50 juta. Maka setorannya pun berbeda-beda. Begitu pula jangka waktu setoran, ada yang per tiga hari, mingguan, dua mingguan dan bulanan.

Saat masuk room, tiap peserta dikenakan biaya admin mulai Rp 400.000 hingga Rp 750.000 yang semua disetor ke rekening GP. Pembayaran Get lancar dari April hingga September 2020. Namun setelah itu, tidak ada pembayaran lagi. Bahkan terhitung mulai Januari 2021, GP menghentikan arisan secara sepihak, padahal uang member sudah banyak yang disetor. (*)