Manisan Saboak, Produk Olahan yang Diinisiasi Mahasiswa KKN

Manisan <i>Saboak</i>, Produk Olahan yang Diinisiasi Mahasiswa KKN

KORANBERNAS.ID, SEBA-NTT – Mahasiswa KKN PPM UGM di Desa Tana Jawa, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, membantu masyarakat lokal untuk memanfaatkan buah pepaya dan buah lontar (siwalan) menjadi manisan. Buah siwalan, yang memiliki nama lokal wokeheru atau saboak, selama ini hanya menjadi pakan babi. Namun, karena babi di Kabupaten Sabu Raijua relatif punah karena wabah, buah siwalan dari pohon lontar betina hanya terbuang percuma. Sedangkan siwalan dari pohon lontar jantan, masih dimanfaatkan untuk gula sabu, gula lempeng dan moke atau sopi – minuman lokal beralkohol.

Siaran pers yang dikirim dosen pembimbing lapangan KKN PPM UGM di Kabupaten Sabu Raijua, Dr. Widya Nayati dan diterima koranbernas.id Rabu (6/7/2022) menyebutkan, kelompok remaja yang tergabung dalam Karang Taruna setempat mengaku terkejut setelah merasakan manisan buah siwalan.

“Mereka tidak menyangka, buah yang selama ini berserakan di bawah pohon, bisa jadi makanan yang enak sekali,” kata Widya mengutip pengakuan warga Tana Jawa.

Ia menjelaskan, selain membuat manisan siwalan (wokeheru atau saboak), mahasiswa bimbingannya juga mengenalkan cara membuat manisan pepaya mengkal. Ini adalah jenis pepaya yang tidak cukup enak untuk dimakan sebagai buah.

Pada pertengahan tahun 2022 ini, UGM mengirimkan 27 mahasiswa untuk mengikuti KKN-PPM di Kabupaten Sabu Raijua. Sebuah kabupaten terluar di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka mengabdi di 4 desa di Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua hingga selama 50 hari kerja. Ke 4 desa yang digunakan sebagai lokasi pengabdian mahasiswa KKN UGM adalah Desa Tana Jawa, Desa Lobohede, Molie dan Desa Pedarro.

Pada tahun 2021, UGM juga pernah mengirimkan mahasiswa peserta program KKN-PPM di kabupaten ini. (*)