Lewat Kebudayaan, Kegaduhan Politik Identitas Dihentikan

Lewat Kebudayaan, Kegaduhan Politik Identitas Dihentikan

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Kegaduhan politik identitas dan radikalisme serta ujaran kebencian saat ini masih sangat masif terjadi di Indonesia. Persoalan ini dikhawatirkan bisa memecahbelah bangsa Indonesia.

"Karenanya perlu dihentikan segera agar Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang unggul diantara bangsa-bangsa," ujar Yoseph Yapi Taum, Dosen Fakultas Sastra USD dalam pidato ilmiah "Peran Kebudayaan dalam Strategi Merawat Pembangunan Bangsa" dalam rangkaian Dies Natalis ke-64 USD di kampus setempat, Jumat (20/12/2019).

Menurut Yapi, kebudayaan bisa jadi salah satu solusi dalam mengatasi kegaduhan tersebut. Sebab kebudayaan menjadi instrumen yang baik untuk menangkal isu-isu intoleransi dan radikalisme.

Apalagi meski di atas kertas Indonesia baru berdiri sejak 1945, namun spirit kebangsaannya sudah dibangun sejak ratusan ribu tahun silam. Perjalanan leluhur Nusantara pun sudah dimulai sejak homo sapiens bermigrasi dari Afrika Timur pada 150.000 tahun yang lalu.

Pada sekitar 8.000 tahun yang lalu, leluhur bangsa Indonesia yang bermukim di Asia Timur, khususnya Pulau Formosa di Taiwan, melakukan migrasi ke kawasan Filipina, Indonesia, Madagaskar, bahkan hingga ke seluruh kawasan Samudera Pasifik.

“Mereka menetap di kawasan Nusantara dan menghadapi penetrasi empat pusat kebudayaan besar dunia, yakni India, China, Islam, dan Eropa,” kata Yapi.

Di dalam interaksi tersebut, terjadi dialog budaya yang dapat berlangsung lancar tanpa hambatan. Namun, kadang dialog itu juga terjadi secara kikuk dan tertatih-tatih.

“Proses ini memperlihatkan bahwa manusia bukanlah makhluk biologis seperti spesies binatang lainnya, melainkan makhluk budaya, makhluk pencari makna," tandasnya.

Sementara Rektor USD, Eka Priyatma mengungkapkan dalam kebudayaan tidak ada permusuhan. Kebudayaan hanya memiliki pengembangan sumber daya manusia.

"Karenanya diharapkan USD semakin meningkatkan konsolidasi internal agar punya kemampuan diri, berkontribusi lebih baik dan sadar akan peran budaya dalam pendidikan. Juga mengabarkan kontribusi kami dalam membangun negeri," imbuhnya.(yve)