Orkestra Kumandang Kidung Bocah Menantang Dominasi Konten Dewasa

Kumandang Kidung Bocah bukan hanya pertunjukan tetapi juga upaya melawan arus digitalisasi yang mengancam kelestarian budaya tradisional.

Orkestra Kumandang Kidung Bocah Menantang Dominasi Konten Dewasa
Konferensi pers persiapan konser Orkestra Kidung Kumandang Bocah di Taman Budaya Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah maraknya konten dewasa di sosial media, Taman Budaya Yogyakarta (TBY) mengambil langkah berani menggelar pertunjukan orkestra anak bertajuk Kumandang Kidung Bocah, Selasa (23/7/2024) pukul 19:00 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.

"Ide ini berawal dari kegelisahan saya melihat anak-anak mengonsumsi konten dewasa hampir setiap hari melalui ponsel mereka," kata Guntur Nur Puspito, konduktor Orkestra Kidung Kumandang Bocah, Jumat (19/7/2024).

Pertunjukan itu akan menampilkan format semi drama musikal, menggabungkan orkestra dengan tarian oleh Kinanti Sekar Rahina dan pantomim oleh Asita.

Repertoar yang akan dibawakan mencakup lagu-lagu tradisional seperti Tak Lela Lela Ledhung, Lir-ilir, Padhang Bulan, Gundhul-Gundhul Pacul dan Cublak-Cublak Suweng yang telah diaransemen ulang dengan gaya kontemporer.

Selain penampilan anak-anak, acara ini juga akan menampilkan musisi profesional seperti Doni Saputro, Okki Kumala, Paksi Raras Alit dan grup musik Silir Wangi.

Laboratorium seni

Purwiati selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta menekankan acara ini bukan sekadar hiburan. Pihaknya bekerja sama dengan AFC (Art For Children) untuk melibatkan 30 anak dalam orkestra. "Ini adalah laboratorium seni budaya yang memberikan pengalaman nyata kepada anak-anak," jelasnya.

Acara tersebut juga menjadi bagian dari program pengembangan seni musik Taman Budaya Yogyakarta. "Selain Pasar Kangen yang merevitalisasi makanan dan barang antik, kami juga berusaha menghidupkan kembali musik-musik anak zaman dahulu," kata dia.

Menurut dia, Kumandang Kidung Bocah bukan hanya pertunjukan tetapi juga upaya melawan arus digitalisasi yang mengancam kelestarian budaya tradisional.

Dengan melibatkan anak-anak secara langsung diharapkan menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka.

Musisi Doni Saputro menegaskan kompleksitas lagu anak-anak tradisional. "Lagu-lagu ini tidak kalah sulit dengan lagu modern. Mereka kaya akan filosofi dan membutuhkan penghayatan mendalam," ujarnya.

Dua target

Bagas Arga Santosa selaku Program Director Sanggar Seni Kinanti Sekar menambahkan pihaknya memiliki dua target yaitu menghidupkan kembali romantisme lagu-lagu masa kecil dan memberikan referensi hiburan bermutu untuk anak-anak sekarang.

Masyarakat umum terutama keluarga diundang untuk menyaksikan pertunjukan gratis ini. "Ini adalah kesempatan istimewa untuk merayakan Hari Anak Nasional 2024 dengan penuh kebanggaan budaya," jelasnya.

Dengan menggabungkan elemen tradisional dan modern, Kumandang Kidung Bocah menjadi bentuk perlawanan kreatif terhadap dominasi konten digital yang kurang sesuai untuk anak-anak, sekaligus upaya pelestarian budaya yang inovatif di era digital. (*)