Kontes Menulis Berhadiah Voucher Potongan Bayar Kos

Kontes Menulis Berhadiah Voucher Potongan Bayar Kos

KORANBERNAS.ID, JAKARTA -- Di Indonesia, budaya menulis ternyata masih lebih diminati ketimbang membaca. Sayangnya, tanpa diimbangi budaya membaca maka akan sulit menghasilan tulisan yang baik dan berkualitas.

 “Rupanya, minat membaca berbanding terbalik dengan minat menulis yang ternyata masih lebih tinggi. Di Cabaca saja, ada ratusan naskah baru yang masuk setiap harinya ke meja redaksi. Namun dari 100 karya yang masuk, hanya 10-20% saja yang menurut tim redaksi layak untuk bisa diterbitkan oleh penerbit,” kata Lintang Filia, salah seorang editor senior Cabaca, sehubungan ditetapkannya Hari Buku Nasional oleh Menteri Pendidikan Abdul Malik Fajar pada 17 Mei 2002.

Melalui rilisnya Senin (17/5/2021), Lintang mengatakan penetapan ini bertepatan dengan didirikannya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hari Buku ditetapkan untuk membentuk budaya membaca agar bisa menambah wawasan, menambah pengetahuan, serta mengasah kreativitas dan imajinasi. Namun, sampai saat ini cita-cita membentuk budaya membaca di Indonesia belum sepenuhnya terlaksana.

“Melihat data ini artinya tidak sedikit tulisan yang sebenarnya belum memenuhi standar atau kualitas yang diinginkan oleh masing-masing penerbit. Padahal, dengan menambah bacaan yang berkualitas, diharapkan juga akan menambah minat baca di masyarakat,” kata dia.

Rata-rata kekurangan dari penulis pemula adalah teknik penulisan yang belum baik. Banyak ide dari naskah masuk (calon penulis) yang sebenarnya menarik dijadikan cerita atau novel namun ide tersebut belum didukung teknik penulisan yang baik.

“Katakanlah narasi atau deskripsi yang belum enak dibaca, perpindahan atau potongan adegan yang kurang pas, kemudian alur yang timpang dan sebagainya. Padahal itu semua bisa dipelajari lewat membaca,” lanjutnya.

Lintang menyarankan agar penulis juga memperbanyak membaca literasi atau novel-novel yang disukai. Upaya itu akan sangat membantu calon penulis untuk melatih kemampuannya.

Merujuk dari kurangnya teknik penulisan yang baik tersebut, pada Hari Buku Nasional kali ini, Cabaca kembali mengadakan kontes menulis untuk mendongkrak minat membaca dan minat menulis generasi muda. Cabaca menggandeng Singgahsini by Mamikos dengan mengadakan Kontes Menulis What’s Up Indekos.

Sebagai pembeda dari kontes lainnya, kontes kali ini memungkinkan peserta memilih kategori lomba yakni fiksi dan non-fiksi. Hal tersebut diharapkan bisa melatih penulis pemula untuk mengolah latar tempat, yang kali ini bertema indekos dengan gaya kepenulisan yang baik dan terstruktur.

“Penulis pemula yang ingin belajar untuk mengolah teknik kepenulisan, bisa mencaritahu informasi lomba di Instagram @cabacaapp. Cabaca juga membuka kesempatan bagi teman-teman non-penulis atau penulis pemula untuk bisa berpartisipasi di kontes ini,” kata Lintang.

Paling tidak, dengan menceritakan ulang pengalaman nyata mahasiswa yang lekat dengan indekos, bisa melatih kemampuan menulis mereka dari yang paling dasar. Bagaimana caranya bisa menceritakan pengalaman yang biasanya dilakukan lewat obrolan langsung maupun lewat chat, menjadi susunan kalimat yang lebih rapi dan enak dibaca. Tanpa harus repot memikirkan elemen cerita seperti dalam menulis fiksi.

”Dengan metode menceritakan kembali pengalamannya, berarti penulis akan berlatih bercerita tanpa harus berimajinasi,” terangnya.

Poin uniknya, hal ini justru melatih penulis untuk bisa menghadirkan rangkaian kata-kata yang sesuai dengan yang disukai pembaca, namun tetap tidak menghilangkan esensi sifat nyatanya.

Singgahsini by Mamikos yang menjadi partner Cabaca kali ini memberikan hadiah berupa voucher potongan bayar biaya indekos di Singgahsini. Hal tersebut bisa memotivasi peserta untuk membuat cerita semenarik mungkin supaya bisa mendapatkan kamar indekos yang nyaman namun tetap ramah di kantong.

“Diharapkan melalui kontes ini, peserta bisa belajar bagaimana cara membuat satu cerita yang menarik. Baik berdasarkan kisah nyata maupun fiksi dan menghasilkan bacaan yang berkualitas nantinya berupa novel di Cabaca atau media lainnya. Sehingga nantinya, cita-cita menteri pendidikan terdahulu untuk mewujudkan budaya membaca yang tinggi agar bisa menambah wawasan, menambah pengetahuan, serta mengasah kreativitas dan imajinasi bisa segera tercapai,” kata Lintang. (*)