Kisah Sukses AQUA Mengembangkan Kopi Konservasi dan Budidaya Anggrek Merapi

Kisah Sukses AQUA Mengembangkan Kopi Konservasi dan Budidaya Anggrek Merapi
Program konservasi anggrek Merapi di Desa Mriyan Boyolali. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali yang terletak di lereng Gunung Merapi, dikenal sebagai sentra pertanian tembakau dan bunga mawar.

Kini desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Merapi itu mulai dikenal dengan kopi gumuknya yang bercita rasa khas, dengan 3 varian rasa berbeda sesuai proses pemanggangannya yaitu Natural, Honey dan Wine.

Kopi arabika asli lereng Merapi ini memiliki karakteristik rasa yang unik, sedikit fruity, bercampur dengan sedikit rasa nutty serta sugar cane yang halus.

Setiap minggu banyak pesepeda yang mampir menikmati kopi di kedai yang diberi nama “Gumuk Coffee” yang dikelola oleh Kelompok Karya Muda Komunitas Petani Konservasi Dukuh Gumuk.

“Kopi Gumuk baru mulai bisa dirasakan hasilnya beberapa tahun belakangan ini, sejak dikembangkan tahun 2017 di bawah program CSR nya AQUA. Dengan hasil yang mulai nyata, kami berharap akan semakin banyak penduduk yang ikut menanam kopi,” ujar Ketua komunitas petani, Joko Susanto. 

Secara geografis, Dukuh Gumuk, Desa Mriyan menyimpan potensi alam yang luar biasa. Untuk menuju Gumuk, pendatang harus melewati jalan menanjak yang cukup ekstrem. Namun di sepanjang jalan, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang sangat indah. Rumah penduduk yang berjajar rapi, mirip Desa Penglipuran di Bali.

Selain itu halaman di hampir setiap rumah ditanami bunga mawar dengan aneka warna. Hembusan angin dingin pegunungan bercampur dengan wangi bunga mawar, memberi sensasi tersendiri bila kita mengunjungi desa ini.

Saat ini terdapat 40 petani kopi yang ikut dalam program pemberdayaan masyarakat, yang sejak awal ikut menanam bibit tanaman kopi dari AQUA. Kopi yang dihasilkan dijual di kedai yang juga menjadi tempat komunitas berkumpul seminggu sekali, untuk membahas persoalan persoalan di desa. “Minimal sekarang kita bisa minum kopi gratis dari kebun sendiri, tidak perlu membeli lagi. Selain itu tiap akhir minggu banyak juga pesepeda yang mampir ke kedai ini,” tambah Joko yang siang itu didampingi oleh Parli yang menjadi barista di Kedai Gumuk.

Selain memberikan bibit tanaman kopi, AQUA juga memberikan pelatihan barista bagi beberapa pemuda desa, serta membantu berbagai perlengkapan kedai. Jadi tidak heran bila di kedai ini, pengunjung bisa menikmati kopi layaknya kedai kopi di perkotaan, karena telah dilengkapi dengan roastery, penggiling biji kopi dan mesin membuat aneka jenis kopi.

Lebih lanjut Joko menjelaskan, bahwa tanaman kopi yang dibudidaya penduduk juga berfungsi sebagai penahan longsor yang kerap terjadi di desa dengan ketinggian 1000-meter di atas permukaan laut (mdpl). “Dulu kami selalu kuatir bisa musim hujan tiba karena kerap terjadi longsor, kini dengan adanya tanaman kopi longsor bisa dicegah,” tambah Joko.

Joko mengatakan, Desa Mriyan ini masuk Kecamatan Tamansari yang dikukuhkan sebagai Kecamatan Konservasi, karena sebagian besar areanya adalah daerah recharge yang secara demografisnya memiliki karakteristik untuk menggerakan aliran air tanah secara vertikal ke daerah yang lebih rendah.

Selanjutnya, budidaya kopi ini juga bertujuan untuk menjaga kontur tanah agar tetap kuat menghindari dari longsor dan supaya lahan yang ada menjadi lebih produktif.

Program pembinaan budidaya kopi bagi masyarakat Mriyan pertama kali diinisiasi pada tahun 2017. Bermula dari satu kelompok tani yang berjumlah 10 orang. Kelompok ini awal mulanya diberikan pembekalan materi memanfaatkan lahan sempit dan cara budidaya kopi. Setelah pelatihan, Pabrik AQUA Klaten memberikan sejumlah bibit untuk kelompok tani dan pada tahun 2018 sudah mulai membentuk satu hamparan

Pembekalan yang diberikan tidak hanya berupa materi mengenai pertanian. Melainkan juga materi yang merubah cara pandang para petani di daerah Mriyan ini. Materi yang dimaksud adalah mengenai konservasi yang produktif, menghasilkan dari segi ekonomi dan tentunya berkelanjutan.

Hal ini yang menurut Joko Susanto membawa budaya baik di masyarakat Mriyan.

“Iya, budaya baik dan dari kopi itu banyak banget informasi. Kita bisa ngobrol pertanian, bisa ngobrol apa, apalagi dengan bapak ibu semua ini, kita dapat ilmu dan kebudayaan yang banyak,” ungkap Joko.

Parli, salah satu barista dan pengelola Kedai Kopi Gumuk Coffee bercerita, bahwa kedai hasil dari binaan budidaya kopi yang dilakukan pabrik AQUA Klaten ini membawa banyak keberkahan. Selain dapat memberikan keterampilan baru untuk warga yang kini menjadi barista kedai kopi, juga sebagai pintu baru untuk komunitas dan orang luar agar berdatangan untuk mengenal Desa Mriyan.

“Ya saya kalau merasakan, dulu yang datang hanya kelompok kami. Tapi sekarang, banyak orang dari luar daerah yang mau datang  ke sini,” ucap Parli.

Meski dari segi ekonomi penghasilan dari kopi belum sebesar komoditi lain, tapi menurut Parli, ke depannya kopi memiliki potensi yang besar untuk menopang kemajuan masyarakat Desa. “Memang untuk saat ini, penghasilan dari kopi ini belum sebesar yang didapat masyarakat dari tembakau dan mawar. Tapi, ke depannya penghasilan dari kopi ini mungkin bisa sama. Yang penting, kita konsisten karena memang masih dalam tahap belajar bagaimana nanti bisa mengembangkan yang lebih baik lagi,” ujar Parli.

Selain kopi, pabrik AQUA Klaten juga membantu komunitas petani melakukan konservasi dan budidaya tanaman anggrek Merapi. Saat ini sudah ada puluhan pohon anggrek Merapi yang dipelihara dan dikembangkan.

Anggrek yang dibudidayakan hingga saat ini sudah terdapat 23 varian, salah satunya adalah varian anggrek langka yaitu Vanda Tricolor. Konservasi anggrek dilakukan dengan membuat greenhouse berukuran 4-meter x 6 meter.

Mereka merawat anggrek di tempat tersebut selama 1,5 hingga 2 tahun, sebelum dilepasliarkan ke area Gunung Merapi. Uniknya, masyarakat dapat membeli anggrek ini namun tidak bisa untuk dibawa pulang melainkan hanya untuk dirawat di greenhouse. Dan nantinya akan di lepas liarkan lagi. Jadi masyarakat secara langsung dapat berkontribusi dalam pelestarian Gunung Merapi.

Pabrik AQUA Klaten, melalui program keberlanjutannya di Desa Mriyan ini, juga mendirikan Pusat Belajar Konservasi Komunitas (PBKK).

Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager Pabrik AQUA Klaten menjelaskan, bahwa PBKK ini dapat menjadi tempat bagi petani dan seluruh masyarakat untuk melakukan diskusi, penelitian, kajian untuk selanjutnya menerapkan ilmu mereka.

“PBKK ini yang sebenarnya kita sebut research environment, karena sebenarnya ilmu di masyarakat itu sangat banyak, kita hanya memfasilitasi memberikan wadah bagi petani dan masyarakat untuk belajar dan mengembangkan ilmu yang telah dimiliki. Di sini petani itu bisa melakukan penelitian dan kajian kajian. PBKK ini kan dalam kata lain adalah pusat belajarnya Masyarakat,” jelas Rama.

Selain pusat belajar, PBKK juga bertujuan untuk menjaga konsistensi berjalannya program dan sebagai bentuk komitmen Perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya di DAS Pusur.

Selain konservasi kopi, PBKK juga dilengkapi dengan alat pemantau cuaca yang bisa digunakan petani untuk mengetahui curah hujan, kelembaban udara dan kekuatan angin. Petani diberi pembekalan untuk bisa membaca data dan memanfaatkan data untuk menentukan waktu dan jenis tanaman yang akan ditanam.

“Dulu kita menanam berdasarkan kebiasaan, kini kita bisa sesuaikan dengan data cuaca, curah hujan dan data lainnya, sehingga hasilnya bisa lebih baik,” tambah Joko. (*)