Kental Dengan Kearifan Lokal dan Budaya, Gebyar BCA Merah Putih Berlangsung di Candi Prambanan
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Merayakan hari kemerdekaan ke-79 Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di bawah payung Bakti BCA mempersembahkan acara berjudul “Gebyar BCA Merah Putih: Indonesia Banget!”. Acara ini berlangsung pada 22-24 Agustus 2024 di area Candi Prambanan, Yogyakarta.
Perhelatan ini, menurut EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Hary, menjadi bukti nyata atas komitmen BCA terhadap pelestarian nilai-nilai budaya, pemberdayaan UMKM, hingga pertumbuhan industri kreatif di Indonesia.
Selama tiga hari penyelenggaraan, pengunjung disuguhi oleh beragam kegiatan yang kental dengan kearifan lokal dan kekayaan budaya Indonesia. Salah satunya adalah Pasar Kangen, yang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan sajian kuliner khas tradisional berkonsep pop up shop.
“Sekitar 60 tenant UMKM tergabung dalam Pasar Kangen ini, termasuk beragam UMKM binaan Desa Bakti BCA dan program Bangga Lokal BCA. Pengunjung dapat menikmati Pasar Kangen di area Outdoor Plaza Trimurti dari 22-24 Agustus 2024,” lanjutnya.
Hera mengatakan, sebagai puncak, “Gebyar BCA Merah Putih Indonesia Banget!” akan diakhiri dengan pagelaran musikal berjudul “Nusantara: Jiwa Surga Khatulistiwa” di Ramayana Ballet Prambanan,” kata Hera.
Pertunjukan ini akan menyajikan kisah terinspirasi dari legenda pewayangan Indonesia yang disampaikan melalui tarian-tarian, lagu-lagu, dan musik tradisional dari berbagai daerah. Secara spesial, pertunjukan ini juga akan menampilkan Duta Bakti BCA Nicholas Saputra, Puteri Indonesia 2024 Harashta Haifa Zahra, dan MALIQ & D'Essentials.
“Gebyar BCA Merah Putih adalah inisiatif dari Bakti BCA untuk memperingati hari kemerdekaan ke-79 Indonesia melalui serangkaian kegiatan yang menampilkan kekayaan budaya dan kuliner Tanah Air. Kegiatan ini menggabungkan tiga dari lima pilar Bakti BCA, yaitu Bakti Pendidikan, Bakti Budaya, dan Desa Bakti BCA. Kami berharap acara ini tidak hanya bisa memupuk kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia, tapi juga dapat menciptakan multiplier effect bagi perekonomian pelaku seni, industri kreatif, hingga UMKM lokal,” ujar EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.
Pagelaran Musikal
Pagelaran “Nusantara: Jiwa Surga Khatulistiwa” merupakan pagelaran musikal buah karya sanggar Swargaloka. Digelar pada 24 Agustus 2024 di Ramayana Ballet Prambanan, pagelaran ini melibatkan sekitar 120 pementas berbakat, yang lebih dari separuhnya merupakan pemuda-pemudi dari sanggar dan sekolah binaan Bakti BCA. Talenta-talenta muda ini berasal dari berbagai penjuru Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Solo, Bali, dan Banyuwangi.
“Pagelaran ini merupakan wujud komitmen Bakti BCA untuk mendorong generasi muda Indonesia lebih mencintai kebudayaan nusantara. Sebagai pemilik masa depan bangsa, kami berharap mereka bisa bangga memiliki identitas yang otentik sebagai bangsa yang merdeka dan kaya budaya. Kami juga sangat mengapresiasi ketekunan dan kegigihan pemuda-pemudi pementas yang telah melakukan latihan selama hampir empat bulan lamanya, untuk mempersiapkan yang terbaik bagi pagelaran ini,” ucap Hera F. Haryn.
Pagelaran “Nusantara: Jiwa Surga Khatulistiwa” menceritakan kisah perjalanan Dewi Supraba yang diutus para Dewa untuk menyelamatkan Kahyangan. Terinspirasi dari legenda pewayangan Indonesia, pagelaran ini juga menjadi representasi keindahan alam dan kekayaan budaya nusantara, negeri kepingan surga di khatulistiwa. Pertunjukan ini dikemas dalam bentuk drama musikal kolosal yang dipadu dengan orkestra musik nusantara dengan sentuhan teknologi
Sutradara dan Penulis Naskah Pagelaran Musikal “Nusantara: Jiwa Surga Khatulistiwa” Irwan Riyadi mengatakan, sejak lama, Bakti BCA telah memberikan dukungan kepada Swargaloka untuk menyelenggarakan pagelaran.
“Kami sangat mengapresiasi kontribusi BCA untuk melestarikan budaya Indonesia dengan mewadahi, serta mempromosikan karya dan ekspresi budaya Indonesia. Guna menarik perhatian generasi muda, kami menyuguhkan kisah-kisah
legendaris yang dikemas secara kekinian, memanfaatkan teknologi tanpa meninggalkan akar budaya kita. Bagi kami, tradisi tidak pernah mati. Dia akan tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Maka, tafsir-tafsir baru sangat dinantikan agar karya-karya kita bergerak ke depan menyongsong peradaban,” kata Irwan. (*)